Unjuk Rasa Raksasa di Manila: 1,5 Juta Orang Tolak Pemakzulan Wakil Presiden

Sara Duterte wakil presiden Filipina

Manila, 13 Januari 2025-VNNMedia- Lebih dari 1 juta orang bergabung dalam unjuk rasa di ibu kota Filipina, Manila, untuk mendukung Wakil Presiden Sara Duterte yang terancam pemakzulan

Acara ini diselenggarakan oleh kelompok agama Iglesia ni Cristo dan dihadiri oleh sekitar 1,5 juta orang yang mengenakan kemeja putih. Unjuk rasa ini bertujuan untuk menunjukkan dukungan terhadap Wakil Presiden Duterte dan menentang langkah Kongres untuk memakzulkannya

Mengutip The Straits Times, Duterte pada Desember tahun lalu menghadapi tiga tuntutan pemakzulan yang diajukan kepada DPR. Tiga tuntutan dari koalisi yang berbeda tersebut menuduhnya menyalahgunakan dana publik serta merencanakan pembunuhan terhadap presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

Perseteruan antara Wakil Presiden Duterte dan Presiden Ferdinand Marcos Jr. menjadi latar belakang unjuk rasa ini. Acara berlangsung di Quirino Grandstand yang bersejarah di Kota Manila dan sekitarnya. Pengerahan jutaan massa itu menunjukkan masih besarnya pengaruh klan Duterte meskipun tidak sekuat saat era Rodrigo Duterte berkuasa

Dikelola dari berbagai sumber, perseteruan antara Sara Duterte dan Ferdinand Marcos Jr bermula dari koalisi politik yang terjalin saat pemilu 2022. Pada saat itu, Marcos maju sebagai calon presiden, sedangkan Sara Duterte sebagai calon wakil presiden. Meski berhasil memenangkan pemilu, hubungan mereka retak seiring waktu karena perbedaan pandangan tentang beberapa kebijakan

Konflik antara keduanya memburuk saat Marcos menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri yang pro-China yang dicanangkan Rodrigo Duterte, ayah Sara. Marcos lebih memilih menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Amerika Serikat. Hal ini memicu kritik dari Sebastian Duterte, adik Sara yang juga menjabat sebagai Wali Kota Davao, yang menuduh Marcos membahayakan warga Filipina

Sara Duterte sendiri juga ikut menentang upaya Marcos untuk mengamandemen konstitusi yang bertujuan menghapus batasan masa jabatan presiden. Sara bahkan menghadiri aksi massa menentang amandemen konstitusi tersebut. Sementara itu, Rodrigo Duterte menuduh Marcos sebagai pecandu narkoba

Perseteruan ini diperburuk dengan pernyataan Sebastian Duterte yang meminta Marcos untuk mengundurkan diri. Menurutnya, Marcos tidak peduli dengan kehidupan warga Filipina. Kritik ini memperdalam keretakan antara kedua keluarga tersebut

Baca Berita Menarik Lainnya Di Google News