
JAKARTA, 7 JANUARI 2025 – VNNMedia – Industri baja nasional diperkirakan menghadapi tahun penuh tantangan di 2025. Beberapa penyebabnya di antaranya tekanan kelebihan kapasitas produksi global, lonjakan impor baja murah dari Tiongkok, serta kebijakan proteksionisme yang diterapkan sejumlah negara besar.
Meski begitu, pelaku industri tetap optimis terhadap peluang pertumbuhan, terutama melalui kebijakan pendukung pemerintah dan pengembangan produk baja bernilai tambah.
Data Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) menunjukkan bahwa pada 2022, kelebihan kapasitas produksi baja secara global mencapai 632 juta ton, dengan proyeksi tambahan 158 juta ton dalam kurun 2024-2026.
Situasi ini mendorong negara-negara seperti Tiongkok untuk meningkatkan ekspor baja murah, yang berdampak pada ketatnya persaingan di pasar baja dunia, termasuk Indonesia. Pada 2023, impor baja dari Tiongkok ke Indonesia melonjak hingga 42%, mencapai 4,05 juta ton.
Direktur Eksekutif IISIA, Widodo Setiadharmaji, mengungkapkan bahwa hal ini menyulitkan produsen lokal untuk bersaing karena harga baja Tiongkok lebih murah berkat subsidi pemerintahnya.
Selain itu, kebijakan proteksionisme yang diterapkan negara-negara seperti Amerika Serikat, India, dan Uni Eropa semakin memperumit situasi. Langkah-langkah seperti penerapan tarif impor tinggi, kebijakan anti-dumping, dan pembatasan ekspor dirancang untuk melindungi produsen baja lokal mereka, sehingga membatasi akses pasar bagi produk baja Indonesia.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, pemerintah Indonesia memperpanjang Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) hingga 2024. Kebijakan ini memberikan tarif gas yang lebih kompetitif, membantu produsen baja nasional menekan biaya produksi dan meningkatkan daya saing, baik di pasar lokal maupun global.
Selain itu, pengawasan terhadap standar kualitas baja impor melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang lebih ketat juga diharapkan dapat melindungi pasar domestik dari produk baja murah berkualitas rendah.
Optimisme pelaku industri juga didorong oleh peluang pengembangan produk baja khusus dengan nilai tambah tinggi. Produk seperti baja untuk konstruksi gedung tinggi, infrastruktur transportasi, dan pembangkit listrik tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga memiliki potensi besar untuk diekspor.
PT NS BlueScope Indonesia, salah satu pemain utama di industri baja, turut merespons tantangan dan peluang ini. Wakil Presiden Sales dan Marketing PT NS BlueScope Indonesia, Irfan Fauzie, menyatakan kesiapan perusahaan untuk mendukung sektor konstruksi dalam negeri dengan produk baja berkualitas tinggi yang sesuai kebutuhan proyek strategis.
BlueScope juga terus berinvestasi dalam inovasi dan pengembangan produk baja khusus guna menghadapi pasar yang semakin kompetitif.
“Kami siap mendukung pembangunan infrastruktur dengan baja yang sesuai kebutuhan spesifik konstruksi, sekaligus bersaing di pasar global,” ujar Irfan.
Dengan berbagai kebijakan pendukung dan peluang dari pengembangan produk bernilai tambah, industri baja Indonesia diharapkan mampu bertahan dan memperkuat posisinya di tengah tekanan persaingan global pada tahun 2025.
Baca Berita Menarik Lainnya di Google News