Bangkok, 06 September 2024-VNNMedia- Pada bulan lalu, media outlet Thailand, Bangkok Post, melaporkan bahwa wakil PM sekaligus menteri perdagangan Thailand, Phumtham Wechayachai, mengatakan bahwa pemerintah akan membentuk satuan tugas (satgas) khusus dengan melibatkan 28 lembaga yang akan bertemu dua minggu sekali untuk meninjau dan merevisi peraturan guna mengantipasi ancaman membanjirnya barang murah asal China yang mengancam perekonomian Thailand khususnya sektor manufaktur
Menanggapi hal tersebut, dilansir dari VOA Indonesia, kedubes China di Thailand melalui media sosialnya pada Rabu (4/9) menyangkal semua tuduhan terkait hal tersebut dan mengatakan bahwa perdagangan China- Thailand merupakan perdagangan yang menguntungkan
“Hampir 80 persen barang yang diimpor Thailand dari China adalah barang modal dan barang setengah jadi yang digunakan untuk produksi dan nilai tambah sebelum diekspor,” tulisnya
“Sebagian besar dari apa yang disebut sebagai barang murah itu adalah produk yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, makanan, produk kesehatan, pakaian, aksesori dan lain-lain, yang jumlahnya kurang dari 10 persen dari total nilai barang yang diimpor dari China,” tambah pernyataan tersebut
Sebelumnya Federasi Industri Thailand telah memperingatkan bahwa membanjirnya barang murah buatan China dapat menyebabkan ‘tsunami’ tidak hanya di Thailand tapi juga di Asia Tenggara
Menurut mereka penutupan sekitar 2 ribu pabrik pada 2023 di negara berjuluk Gajah Putih itu disebabkan produk impor berbiaya rendah asal China
Pengamat ekonomi dari Universitas Thammasat Thailand, Profesor Pavida Pananond mengatakan barang-barang China yang murah atau modal China seringkali terkonsentrasi di industri e-commerce dan EV Thailand
Meski China telah meningkatkan investasinya ke Thailand, namun hal itu ternyata mempersulit banyak UKM Thailand untuk dapat bertahan hidup
Baca Berita Menarik Lainnya Di Google News