Surabaya, 25 Desember 2024, VNNMedia – Gagas pengobatan baru malaria, tiga mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) cetak juara dua pada Veterinary Scientific Event 2024. Fullan Ausati Putri, Aulia Dinda, dan Prima Sukma menerima penghargaan di Universitas Wijaya Kusuma.
Gagasan itu mereka angkat melalui inovasi sistem penghantaran obat untuk pengobatan malaria. Sistem penghantaran obat dengan metode transdermal berbasis nanoparticle geranylated dihydrochalcone terinkorporasi dissolving microneedle. Kebaruan itu mereka angkat sebagai inovasi bioteknologi dalam mengatasi dan mencegah penyakit zoonosis.
“Sebenarnya sudah ada pemanfaatan microneedle seperti yang ada dalam kandungan skin care. Akan tetapi belum pernah teruji untuk penghantaran obat malaria. Apalagi obat inovasi kami memuat senyawa hasil isolasi yang tergolong baru. Selain itu, microneedle ini dapat meminimalisir rasa sakit ketika proses pengobatan. Dengan adanya obat ini diharapkan dapat mengurangi angka malaria,” ujar Fullan, di Surabaya, Selasa(24/12/2024)
Strategi obat baru, lanjut Fullan, dilatarbelakangi oleh kasus malaria di Indonesia yang tergolong tinggi terutama di wilayah Indonesia Timur. Hal ini menjadikan kasus malaria di Indonesia terbanyak kedua di Asia. “Kami melihat salah satu berita bahwa Indonesia termasuk dalam sembilan negara endemis dengan kasus malaria terbanyak kedua di Asia. Disamping itu, kasus malaria di wilayah Papua mencapai 300 ribu lebih di tahun 2023.”ujarnya.
Sementara itu, Aulia mengatakan, dengan sasaran pengobatan kita mengutamakan kemudahan penggunaan dan perluasan akses kesehatan. Ia berencana memprioritaskan daerah darurat malaria. “Kami upayakan untuk daerah-daerah seperti Indonesia bagian timur. Kemudian menyebar untuk masyarakat secara umum di daerah lain. Jika memang obat ini teruji dengan baik, mungkin bisa masuk pasar internasional,” ujar Aulia.
Ia berharap inovasi obat yang diusung dapat mempermudah masyarakat dan mengurangi angka malaria di Indonesia. Tinjauan akses pengobatan malaria yang belum merata di Indonesia meyakinkan mereka mengembangkan inovasi ini lebih lanjut. Mereka juga berharap inovasinya mendapatkan pendanaan untuk mempermudah sosialisasi kepada masyarakat tentang pengobatan baru microneedle.
Aulia menuturkan, penghantaran obat transdermal lebih mudah dibanding melalui oral dan injeksi. Metode itu digunakan untuk orang dewasa dan anak-anak yang tidak bisa menelan obat atau disuntik. Ia juga menekankan penggunaan microneedle yang langsung mengarah pada pembuluh darah.
“Kami ingin pengobatan malaria bisa diakses oleh masyarakat dengan lebih mudah menggunakan transdermal. Jadi, orang yang tidak bisa menelan obat atau disuntik seperti anak-anak pun juga bisa menggunakannya. Dengan memakai microneedle yang langsung mengarah ke pembuluh darah yang dimana parasitnya itu ada di sel darah merah,” paparnya.
Telusuri berita lain di Google News VNNMedia