Jakarta, 6 Mei 2024 – VNNMedia – Buku “The Digitalization of Indonesian Small and Medium Enterprises” disusun berdasarkan riset kolaborasi tim peneliti BRIN dari berbagai bidang. Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Springer ini menggambarkan dinamika kondisi digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan menggunakan pendekatan ekosistem, menceritakan perjalanan transformasi digital yang dijalani oleh UMKM selama dan setelah krisis COVID-19.
Transformasi digital, yang dulunya dianggap sebagai pilihan, telah menjadi keharusan bagi UMKM untuk menghadapi berbagai tantangan operasional akibat pandemi, juga menghadapi periode pemulihan ekonomi berikutnya. Di dalamnya tergambar bagaimana para pelaku ekonomi merebut dan menciptakan peluang dari perkembangan teknologi digital.
Dalam pengulasannya, diuraikan digitalisasi dari berbagai sudut pandang, terkait diskursus literatur, sumber daya manusia, tata kelola, dan peran berbagai aktor yang terlibat. Buku ini sangat cocok untuk pembaca dari kalangan pemerintah, akademisi, peneliti, pengamat ekonomi, dan praktisi terkait digitalisasi.
Kepala Pusat Riset Pendidikan, Trina Fizzanty mengatakan, digitalisasi bukan hanya tren tetapi keharusan, terutama bagi UMKM yang berjuang untuk bertahan dan berkembang di tengah persaingan global. “Buku ini menangkap dan menangani isu-isu kritis yang dihadapi oleh UMKM dalam ekosistem digital yang cepat berubah. Sehingga, membuatnya sangat relevan bagi siapa saja yang terlibat dalam atau mendukung sektor ini,” ujar Trina.
Baca juga berita : Peneliti BRIN Temukan Kepiting Tiga Warna di Gunung Kelam Kalimantan Barat
Trina menguraikan, bahwa pendekatan ekosistem digital menjadi lensa bagi penulis buku dalam memahami fenomena transformasi yang bersifat dinamis tersebut. Jadi, tidak hanya mengulas dari sisi makro, tetapi hingga level mikro (UMKM), dan dibahas lintas disiplin ilmu.
Digitalisasi memang telah mendisrupsi berbagai sektor industri. Banyak Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan berbagai keterbatasannya berhasil mengambil manfaat dari keberadaan platform e-commerce. Adanya pandemi COVID-19 serta kebutuhan perusahaan platform untuk merekrut sebanyak-banyaknya pengguna, termasuk UMKM, turut mempercepat proses digitalisasi ini. Namun, tantangannya adalah bagaimana UKM, maupun para pelakunya, bisa terus belajar dan berinovasi untuk bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan bisnis yang makin cepat dan mengglobal.
Dia mengungkapkan, dalam proses penyusunannya, BRIN bekerja sama dengan pihak perguruan tinggi di 3 provinsi (Jabar, Sumbar, DIY) untuk melakukan riset lapangan mendapatkan data UMKM. Kegiatan yang juga dilakukan untuk memperdalam riset, diskusi – diskusi dengan banyak pemangku kepentingan di level nasional dan daerah, serta melakukan pendalaman dengan studi kasus pada beberapa UMKM untuk memberikan keyakinan atas kondisi UMKM saat itu. “Banyak cerita – cerita luar biasa bagaimana para pelaku UMKM yang bertahan terhadap desakan ekonomi dengan melakukan terobosan seperti tetap membeli bahan baku lokal ketimbang impor, melakukan kustomisasi dan belajar mempromosikan produknya,” lanjutnya.
Publikasi buku ini didorong oleh urgensi untuk memperkuat peran UMKM dalam ekonomi digital, mengingat pentingnya peran UMKM dalam perekonomian nasional. Buku tersebut juga memberikan masukan bagaimana kebijakan dapat dirancang untuk meningkatkan inklusivitas digital UMKM, memastikan bahwa mereka tidak hanya bertahan tetapi juga mampu bersaing dan tumbuh di pasar yang semakin terdigitalisasi.
Maka diharapkan, dengan hadirnya buku ini, akan mengisi pengetahuan yang masih minim dalam memahami transformasi digital UMKM dengan pendekatan ekosistem digital. Di samping kontribusi ilmiah, juga menjadi referensi bagi pengambil kebijakan dalam merancang kebijakan digitalisasi UMKM yang inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong praktisi UMKM untuk terus mengembangkan kemampuan digitalnya dan inovasi untuk mampu bersaing.
“Kita ketahui bersama, lanskap bisnis digital akan terus berkembang. Hal itu bisa memberikan kejutan pada pihak – pihak yang tidak membuka dan mempersiapkan diri,” jelasnya.
Menurutnya, BRIN harus terus bersiap dalam riset empiris dan riset kebijakan terhadap peningkatan kompetensi dan pembangunan kultur inovasi. Hal ini sangat mendesak untuk dilakukan dalam menghadapi ekosistem bisnisn yang berubah cepat dan padat muatan teknologinya.
Baca Berita Menarik Lainnya di Google News