Wamenkeu Ungkap Empat Tantangan Demografi Indonesia

JAKARTA, 25 DESEMBER 2025 – VNNMedia – Indonesia dinilai berhasil mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB) sejak 1970-an. Keberhasilan tersebut kini mulai memberikan dampak positif bagi pembangunan nasional.

Namun, di balik capaian itu, Indonesia dihadapkan pada tantangan demografi baru yang semakin kompleks seiring meningkatnya kualitas dan dinamika penduduk.

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengungkapkan, terdapat empat tantangan utama demografi yang akan dihadapi Indonesia dalam beberapa dekade ke depan.

Tantangan tersebut berbeda dari fase kependudukan yang pernah dialami sebelumnya. Hal itu disampaikannya dalam forum United Nations Population Fund (UNFPA) High-Level Dialogue di Jakarta, Selasa (23/12/2025).

Tantangan pertama adalah meningkatnya pendapatan per kapita yang mendorong pertumbuhan kelas menengah. Kondisi ini memicu lonjakan aspirasi masyarakat, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan politik, baik untuk generasi saat ini maupun generasi berikutnya.

“Kenaikan kelas menengah selalu berjalan seiring dengan meningkatnya aspirasi. Aspirasi terhadap pendidikan, kesehatan, hingga aspirasi politik akan jauh berbeda dibanding sebelumnya. Ini harus dikelola dengan pemikiran baru,” ujar Suahasil.

Tantangan kedua adalah laju urbanisasi yang kian pesat. Wamenkeu memproyeksikan sekitar 70 persen penduduk Indonesia akan bermukim di wilayah perkotaan dalam 20–25 tahun ke depan.

Perbedaan karakteristik, kebutuhan, dan ekspektasi antara masyarakat kota dan desa menjadi pekerjaan besar dalam perencanaan pembangunan nasional.

Ketiga, Indonesia akan memasuki fase aging population seiring meningkatnya angka harapan hidup. Struktur penduduk yang semakin didominasi usia lanjut menuntut kebijakan ekonomi dan fiskal yang mampu memanfaatkan peluang second demographic dividend, agar kelompok usia lanjut tetap produktif dan berkontribusi pada perekonomian.

Tantangan keempat adalah rendahnya partisipasi perempuan dalam ekonomi. Menurut Suahasil, pemberdayaan perempuan tidak hanya penting di pasar tenaga kerja, tetapi juga dalam ekosistem ekonomi secara keseluruhan.

“Partisipasi perempuan bukan hanya soal masuk ke pasar tenaga kerja. Dalam ekonomi, kontribusinya memiliki nilai besar dan menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan,” tegasnya.

Keempat tantangan tersebut, kata Suahasil, harus direspons dengan kebijakan lintas sektor yang adaptif agar bonus demografi yang dimiliki Indonesia dapat dioptimalkan secara berkelanjutan dan tidak berubah menjadi beban ekonomi di masa depan.

Baca Berita Menarik Lainnya di Google News