UNAIR Kukuhkan Guru Besar Baru, Tekankan Pentingnya Inovasi Layanan Kesehatan Primer

SURABAYA, 23 MEI 2025 – VNNMedia – Universitas Airlangga (Unair) kembali menegaskan perannya dalam membangun sistem kesehatan nasional dengan mengukuhkan enam guru besar baru di bidang kesehatan, Kamis (22/5/2025). Salah satunya adalah Prof Linda Dewanti dr MKes MHSc PhD, yang resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran (FK) Unair.

Dalam orasi ilmiah berjudul “Inovasi dalam Menghadapi Tantangan dan Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Primer di Indonesia”, Prof Linda menggarisbawahi peran strategis layanan kesehatan primer (primary health care/PHC) sebagai fondasi sistem kesehatan nasional yang kuat.

Menurutnya, meski program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah mencakup lebih dari 279 juta jiwa, tantangan dalam pelayanan dasar tetap besar.

Salah satu temuan risetnya menyebutkan bahwa hanya 31 persen pasien diabetes di layanan primer yang berhasil mengendalikan kadar gula darahnya, walau telah menjalani pengobatan rutin. Ini, kata Prof Linda, menandakan perlunya pendekatan yang lebih dari sekadar kuratif.

Untuk menjawab hal itu, Prof Linda menggagas strategi pencegahan primordial—pendekatan preventif yang dilakukan jauh sebelum risiko penyakit muncul, melalui penciptaan lingkungan dan pola hidup sehat. Menurutnya, ini adalah langkah fundamental yang selama ini kurang mendapat perhatian.

“Pelayanan kesehatan primer harus menjadi tulang punggung sistem kesehatan. Ia bukan hanya pintu masuk layanan medis, tetapi juga wadah promotif, preventif, hingga rehabilitatif,” tegasnya di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C Unair.

Lebih jauh, Prof Linda mendorong pergeseran paradigma dari pendekatan reaktif menjadi proaktif dalam layanan primer. Artinya, PHC bukan lagi tempat menunggu pasien datang karena sakit, melainkan titik awal intervensi yang mendidik, membina, dan melindungi masyarakat.

“Intervensi medis saja tidak cukup. Kita butuh strategi berbasis edukasi, pendampingan, dan perubahan perilaku,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya program preventif dalam kebijakan nasional, seperti skrining massal, edukasi gizi, dan penguatan kapasitas puskesmas, agar menjadi bagian dari prioritas dalam RPJMN 2025–2029.

“Kalau kita hanya bertindak setelah sakit terjadi, biayanya jauh lebih besar—bukan hanya secara ekonomi, tapi juga dari sisi kualitas hidup masyarakat,” imbuhnya.

Dengan visi yang kuat, Prof Linda menutup orasinya dengan pesan bahwa budaya pencegahan harus menjadi norma baru. “PHC bukan hanya tempat menyembuhkan, tapi ruang untuk melindungi sejak dini. Inovasi tidak boleh berhenti,” pungkasnya.

Baca Berita Menarik Lainnya di Google News