Trump Serukan Fair Trade, Ini Kata Ketua Kadin Surabaya

SURABAYA, 4 APRIL 2025 – VNNMedia – Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump baru saja menandatangani kebijakan perdagangan baru yang diberi nama “The Fair and Reciprocal Plan”. Langkah ini dinilai Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya H.M. Ali Affandi L.N.M. bakal memberikan dampak besar terhadap perdagangan dunia.

“Ini adalah rencana besar untuk mengubah cara Amerika berdagang dengan dunia. Inti dari kebijakan ini adalah keinginan Amerika untuk memperbaiki ketimpangan dalam hubungan dagangnya dengan negara lain. Amerika ingin semua negara memberikan perlakuan yang adil dan seimbang dalam perdagangan,” kata H.M. Ali Affandi L.N.M. di Surabaya, Kamis (3/4/2025).

Ia menegaskan, jika Amerika membuka pasar dan menurunkan pajak impor (tarif), maka negara lain juga harus melakukan hal yang sama. Jika tidak, Amerika akan mulai menaikkan tarif untuk melindungi produknya sendiri.

“Lalu pertanyaannya, apa pengaruh kebijakan ini bagi Indonesia? Apakah ini menjadi ancaman, ataukah peluang untuk bangkit? Ketika Amerika Main Keras, Indonesia Perlu Main Cerdas,” katanya.

Mas Andi, panggilan akrab H.M. Ali Affandi L.N.M. mengutip ungkapan Trump “Kalau kamu mengenakan pajak tinggi ke produk saya, saya juga akan balas dengan tarif tinggi ke produkmu”. Contohnya, India mengenakan pajak 100% ke motor buatan Amerika, tapi Amerika cuma mengenakan 2.4% ke motor India. Uni Eropa bebas ekspor kerang ke AS, tapi melarang sebagian besar kerang dari AS masuk ke Eropa.

“Trump tidak terima dengan perlakuan ini, dan mulai mengambil langkah balasan. Ini bisa menyebabkan perang dagang antara negara-negara besar. Dampaknya? Dunia usaha jadi penuh ketidakpastian. Rantai pasok bisa terganggu. Harga bahan baku bisa naik. Negara-negara seperti Indonesia bisa ikut kena imbasnya,” lanjut Mas Andi.

Indonesia, ujarnya, memang bukan target utama dalam kebijakan ini. Tapi tetap saja, kita perlu waspada. Kenapa? Karena kalau negara besar seperti Tiongkok atau India dikenai tarif tinggi oleh Amerika, mereka bisa membanjiri negara lain (termasuk Indonesia) dengan barang murah mereka. Akibatnya, produk lokal bisa kalah saing.

Selain itu, kalau perdagangan global terganggu, permintaan ekspor Indonesia bisa ikut turun. Ini berbahaya, terutama bagi sektor seperti tekstil, makanan olahan, dan elektronik ringan yang banyak bergantung pada pasar luar negeri.

Tetapi, Ia mengingkatkan pepatah “Di Balik tantangan, Ada Peluang”. “Kita tidak jangan hanya fokus pada ancamannya. Jika kita bisa memanfaatkan momentum dan tantangan, ini justru bisa jadi peluang,” ujarnya. Perusahaan-perusahaan besar dari Amerika dan Eropa akan mencari negara baru untuk produksi barang.

“Jika sebelumnya mereka di Tiongkok, sekarang mungkin akan pindah ke negara lain yang lebih netral. Indonesia bisa jadi pilihan – kalau kita siap. Peluang ekspor produk lokal ke negara non-Amerika juga bisa meningkat. Misalnya ke Timur Tengah, Afrika, atau negara tetangga ASEAN,” katanya.

Mas Andi mengatakan, ada beberapa strategi dalam memenangkan persaingkan.

“Pertama kita harus memperkuat Industri Dalam Negeri. Kita harus memperkuat kualitas dan daya saing produk lokal, supaya bisa bersaing di dalam dan luar negeri. Kedua, Buka Pasar Baru untuk Ekspor. Kita sudah tidak dapat hanya bergantung pada Amerika atau Tiongkok,” ujarnya.

Indonesia harus mencari pasar-pasar baru yang belum digarap maksimal. Ketiga, Permudah Izin Usaha dan Investasi. Bila ingin menarik perusahaan asing pindah ke Indonesia, maka proses investasi harus cepat, transparan, dan bebas pungli.

Terakhir, aktif dalam Diplomasi Dagang. Pemerintah harus lebih aktif memperjuangkan kesepakatan dagang yang menguntungkan Indonesia, baik lewat ASEAN maupun perjanjian bilateral.

“Dunia Sedang Berubah, dan Kita Harus Siap. Kebijakan Fair and Reciprocal Plan adalah sinyal bahwa perdagangan global tak akan semudah dulu. Negara besar mulai fokus pada kepentingannya sendiri. Kita tak bisa pasrah. Tapi juga tak perlu takut,” katanya.

Indonesia harus gesit, kompak, dan berani ambil peluang. Dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat harus berjalan seiring. “Kadin Surabaya siap membantu pelaku usaha menavigasi tantangan global ini. Kita percaya, dengan kerja keras dan kolaborasi, Indonesia bisa bukan hanya bertahan, tapi menang di tengah perubahan dunia,” pungkasnya.

Baca Berita Menarik Lainnya di Google News