Tantangan Meningkat Sebabkan Kaum Muda Korsel Enggan jadi Guru

Seoul, 06 Mei 2025-VNNMedia- Profesi guru, yang dulunya sangat didambakan dan dihormati di Korea Selatan, kini menghadapi krisis minat yang mengkhawatirkan di kalangan generasi muda. Terkikisnya kewibawaan guru di ruang kelas dan meningkatnya tantangan dalam mengelola siswa dan orang tua telah menyebabkan penurunan tajam dalam pendaftar ke universitas pendidikan di seluruh negeri

Melansir The Korea Herald, kisah Choi (23), seorang mahasiswa yang mengambil cuti dari universitas pendidikan dan bersiap untuk ujian masuk perguruan tinggi lagi demi mengejar karir di bidang farmasi, menjadi cerminan keresahan banyak anak muda Korea. “Guru tidak bisa lagi mengajar seperti dulu,” ujarnya, menggambarkan lingkungan kelas yang semakin sulit dikelola dengan guru yang terus-menerus ditantang dan tidak dihormati

Data terbaru dari Jongro Academy menunjukkan penurunan drastis dalam ambang batas penerimaan untuk perguruan tinggi pendidikan pada tahun akademik 2025. Bahkan di jalur penerimaan umum, yang biasanya diisi oleh siswa berprestasi, beberapa kandidat dengan IPK di kisaran kelas 6 berhasil lolos. “Melihat IPK 6 pada penerimaan umum sangat jarang dan menunjukkan penurunan tajam dalam minat bahkan di antara siswa yang berprestasi,” kata Im Sung-ho, kepala Jongro Academy

Penurunan ini terjadi meskipun kuota penerimaan di universitas pendidikan telah dikurangi. Universitas Pendidikan Nasional Chuncheon mengalami penurunan IPK batas penerimaan reguler dari 4,73 menjadi 6,15, sementara universitas lain juga mencatat penurunan serupa. Jumlah kursi kosong di universitas pendidikan juga terus meningkat, mengindikasikan kurangnya minat dari calon mahasiswa berkualitas

Sebagai infomasi, dalam sistem penilaian Korea, angka IPK yang lebih rendah biasanya menunjukkan siswa yang lebih berprestasi

Para ahli mengidentifikasi sejumlah faktor penyebab, termasuk gaji guru yang stagnan, perubahan kebijakan yang sering terjadi, beban administratif yang meningkat, dan insiden kekerasan di kelas. Kondisi ini telah mengubah persepsi profesi guru dari pekerjaan yang bermakna dan dihormati menjadi “medan perang dengan tangan terikat,” seperti yang diungkapkan Choi

Krisis ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang masa depan pendidikan di Korea Selatan, di mana masyarakat menuntut hasil pendidikan yang tinggi namun kehilangan generasi penerus pendidik yang berkualitas

Baca Berita Menarik Lainnya Di Google News