Selat Hormuz Terancam Ditutup, AS Minta China Desak Iran

Washington DC, 23 Juni 2025-VNNMedia- Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, telah secara terbuka meminta China untuk turun tangan mencegah Iran menutup Selat Hormuz, salah satu jalur pelayaran minyak paling vital di dunia

Melansir BBC, permintaan ini muncul setelah parlemen Iran menyetujui rencana penutupan Selat, meskipun keputusan akhir masih di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran

baca juga: Parlemen Iran Setujui Penutupan Selat Hormuz Imbas Serangan AS

Penutupan Selat Hormuz akan membawa dampak ekonomi yang sangat besar secara global, terutama bagi negara-negara yang sangat bergantung pada pasokan minyak. Sekitar 20% dari minyak dunia melewati selat ini, menjadi jalur utama bagi produsen minyak dan gas besar di Timur Tengah.

Rubio menyoroti peran China sebagai pembeli minyak Iran terbesar di dunia. “Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka [Iran] mengenai hal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka,” kata Rubio dalam wawancara dengan Fox News pada Minggu (22/6). Ia menambahkan bahwa penutupan Selat akan menjadi “bunuh diri ekonomi” bagi Iran dan akan merugikan ekonomi negara-negara lain jauh lebih parah daripada AS.

Harga minyak mentah Brent sempat melonjak ke level tertinggi dalam lima bulan, mencapai $81,40 per barel pada awal perdagangan Senin menyusul serangan AS terhadap situs nuklir Iran, meskipun kemudian turun kembali ke sekitar $78. Saul Kavonic, kepala penelitian energi di MST Financial, memperingatkan bahwa meskipun AS memiliki postur pertahanan yang kuat, risiko terhadap harga minyak akan meningkat jika situasi semakin memanas

China, dengan impor minyak dari Iran melebihi 1,8 juta barel per hari bulan lalu (menurut data Vortexa), adalah pembeli terbesar. Selain China, negara-negara ekonomi besar Asia lainnya seperti India, Jepang, dan Korea Selatan juga sangat bergantung pada minyak mentah yang melewati Selat Hormuz

Analis energi Vandana Hari berpendapat bahwa Iran “tidak banyak memperoleh keuntungan dan terlalu banyak kerugian” dari penutupan Selat tersebut. Ia menambahkan, “Iran berisiko mengubah negara-negara tetangganya yang memproduksi minyak dan gas di Teluk menjadi musuh dan menyulut kemarahan pasar utamanya, China, dengan mengganggu lalu lintas di Selat tersebut.”

Menanggapi situasi ini, Beijing pada Senin (23/6), menyatakan bahwa serangan AS telah merusak kredibilitas Washington dan menyerukan gencatan senjata segera

Duta Besar China untuk PBB, Fu Cong, menekankan pentingnya semua pihak untuk menahan “dorongan kekerasan… dan menambahkan bahan bakar ke dalam api.” Editorial di surat kabar pemerintah China, Global Times, juga mengkritik keterlibatan AS di Iran yang “semakin memperumit dan mengganggu stabilitas situasi di Timur Tengah” dan mendorong konflik ke “kondisi yang tak terkendali.”

Baca Berita Menarik Lainnya di Google News