Review Film A Quite Place : Day One, Prekuel yang Sarat Propaganda Namun Menyentuh

Review Film : A Quite Place : Day One

Sutradara : Michael Sarnoski

Actors : Joseph Quinn, Lupita Nyong’o, Djimon Hounsou

Rating : 8.5 / 10

Saat ini sedang tayang di bioskop Indonesia

Surabaya, 29 Mei 2024 – VNNMedia –  Film prekuel A Quite Place series yang menampilkan cerita hari pertama New York di serang oleh monster Alien dengan kemampuan sensor suara yang kuat. Film dimulai dengan narasi kota New York yang menghasilkan kebisingan setara dengan jerita yang terus menerus. Kebisingan itulah yang menyebabkan Alien tersebut datang ke Bumi khususnya ke kota New York.

Fokus cerita film pada sosok perempuan penderita kanker bernama Sam yang terjebak di tengah kota ketika serangan Alien datang. Dalam kegentingan dia bertemu dengan Eric ( Joseph Quinn) dan Henri (Djimon Hounsou) yang pada Quite Place II juga hadir menjadi salah satu manusia yang selamat dari kiamat tersebut.

Sam dan Eric berusaha menyelamatkan diri dari kejaran Alien sambil mencari pizza, makanan terakhir yang di idamkan Sam sebelum mati, entah oleh Alien atau oleh kanker.

Dalam film ini akan ditampilkan beberapa pesan propaganda yang secara kebetulan saat ini sedang berlangsung kampanye presiden di Amerika Serikat ataupun seruan protes damai terkait perang ataupun lingkungan. Amerika serikat menjadi perhatian dunia setelah dukungannya kepada Israel dalam serangan ke Palestina, sebuah kontra narasi dari dukungan mereka ke  Ukraina saat diserang Rusia. Begitupun pula dengan banyaknya seruan protes terkait kebijakan lingkungan.

Kesan yang ditampilkan untuk “tidak berisik jika ingin selamat” atau “ikuti anjuran Pamerintah” seperti pesan Helikopter yang seliweran dalam film ini cukup mudah dimengerti dalam setting waktu peluncuran film ini.

Namun ditengah pesan propaganda yang kental, film ini menampilkan sisi akting yang indah dan luar biasa. Sebuah hubungan dapat terjalin meskipun tanpa suara. Komunikasi antar manusia yang satu dengan yang lain untuk saling menguatkan dilakukan tanpa menggunakan alat komunikasi paling purba yang dimiliki manusia yaitu “Bunyi”.

Akting Lupita Nyong’o dan Joseph Quinn membawa suasana yang sangat menyentuh, haru dan dipenuhi kasih sayang dengan makna yang lebih dalam dari sekedar romantisme percintaan ala film romantis. Mereka dapat menampilkan penggambaran manusiayang saling menguatkan ketika kematian terasa begitu dekat. Sangat menyentuh.

Sinematografi yang ditampilkan bisa dikatakan lebih menarik dari kedua film sebelumnya. Pencahayaan dan penggambaran New York yang porak poranda seakan memperkuat kesan dan pesan ngeri dari film ini.

Film ini tayang di bioskop dan direkomendasikan untuk di tonton.