
Tel Aviv, Jumat 08 Agustus 2025-VNNMedia- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengusulkan rencana militer kontroversial untuk “menguasai Kota Gaza,” yang memicu gelombang penentangan baik di dalam maupun luar negeri
Rencana ini disetujui dalam rapat kabinet keamanan yang berlangsung 10 jam, dengan tujuan utama untuk mengambil kendali penuh atas Jalur Gaza. Meskipun Netanyahu menegaskan Israel tidak ingin menduduki wilayah tersebut secara permanen, para kritikus khawatir rencana ini pada dasarnya adalah pendudukan yang dapat berlangsung berbulan-bulan, memperpanjang konflik, dan mengorbankan lebih banyak nyawa
Rencana Netanyahu menghadapi penolakan keras dari berbagai pihak. Laporan media Israel menyebutkan Kepala Staf Angkatan Darat, Letnan Jenderal Eyal Zamir, memperingatkan bahwa pendudukan penuh di Gaza sama saja dengan “terjebak” dan membahayakan nyawa sandera yang tersisa
Kekhawatiran yang sama diungkapkan oleh keluarga sandera. Mereka meyakini satu-satunya cara untuk membebaskan 50 sandera yang tersisa adalah melalui kesepakatan damai, bukan serangan militer. Surat kabar Maariv bahkan melaporkan bahwa hampir semua sandera yang masih hidup kemungkinan akan tewas dalam operasi militer yang diperluas
Sementara itu, jajak pendapat menunjukkan bahwa sebagian besar publik Israel mendukung kesepakatan dengan Hamas untuk pembebasan sandera dan diakhirinya perang. Hal ini mengindikasikan adanya ketidakpuasan publik terhadap arah kebijakan Netanyahu
Banyak pihak percaya bahwa Netanyahu memperpanjang konflik untuk mempertahankan koalisi pemerintahnya, yang didukung oleh menteri-menteri ultranasionalis yang mengancam akan mengundurkan diri jika perang berakhir
Rencana ini juga memicu kecaman internasional, yang semakin mengisolasi Israel. Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer menyebut keputusan ini sebagai “salah” dan mendesak Israel untuk mempertimbangkan kembali rencananya
Netanyahu sendiri menolak visi pemerintahan Otoritas Palestina di Gaza pasca-perang, dan hanya menawarkan gagasan untuk “menyerahkan [Gaza] kepada pasukan Arab,” tanpa memberikan rincian lebih lanjut
Rencana ini berpotensi memicu kecaman baru dari negara-negara yang selama ini telah menyuarakan kemarahan atas situasi kemanusiaan di Gaza. Operasi ini diperkirakan akan memerlukan ribuan pasukan cadangan dan evakuasi paksa sekitar 800 ribu warga Palestina, yang sebagian besar sudah beberapa kali mengungsi
Perang yang dimulai sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 ini telah menewaskan lebih dari 61 ribu warga Palestina dan sekitar 1.200 warga Israel
sumber: BBC
Baca Berita Menarik Lainnya Di Google News