
London, 17 Juni 2025-VNNMedia- Israel disebut punya kemampuan untuk memprovokasi Amerika Serikat (AS) untuk terlibat dalam konfliknya dengan Iran
Melansir Antara, hal tersebut diungkap oleh mantan duta besar Inggris untuk Suriah Peter Ford. Ia khawatir jika Israel mungkin akan melakukan ‘operasi bendera palsu’untuk memprovokasi keterlibatan AS dalam konflik langsung dengan Iran. Ini menunjukkan kekhawatiran bahwa insiden yang direkayasa bisa digunakan sebagai dalih untuk eskalasi lebih lanjut
“Saya khawatir dalam waktu dekat kita akan melihat insiden bendera palsu buatan iSrael yang dirancang untuk memaksa keterlibatan AS,” ungkap Ford kepada RIA Novosti pada hari ini, Selasa (17/6)
Operasi bendera palsu sendiri merupakan tindakan atau serangan yang dirancang untuk menyamarkan identitas pelaku sebenarnya, sehingga seolah-olah dilakukan oleh pihak lain. Tujuan utama dari operasi bendera palsu adalah untuk mengelabui opini publik, memanipulasi persepsi, atau menciptakan dalih untuk suatu tindakan
Diketahui pada hari Minggu, dua pejabat Israel mengatakan pada media Axios, bahwa Israel telah selama dyua hari membujuk AS agar bergabung dengan Israel untuk melawan Iran. Salah pejabat tersebut mengaku jika Washington kemungkinan akan turun tangan jika situasinya mendesak
Pejabat itu juga mengklaim jika Presiden AS Donald Trump telah berbicara langsung dengan pemimpin Israel Benyamin Netanyahu dalam percakapan terakhir keduanya
Ford berharap dunia internasional tidak turut campur secara lansung, dengan membiarkan Israel menerima konsekuensi atas kesalahannya menyerang Iran
Terkait dampak konflik Israel-Iran terhadap proses perdamaian Timur Tengah, Ford menyampaikan bahwa saat ini tidak ada proses perdamaian yang berarti di kawasan tersebut, karena selama lebih dari dua dekade tidak ada kemajuan yang berarti
“Dampak terbaik dari kionflik ini adalah jika Netanyahu mengalami kehinaan. Jika ia terguling, bisa terbuka peluang baru bagi proses perdamaian secara menyeluruh,” pungkasnya
Sebagai informasi, Peter Ford adalah mantan diplomat Inggris yang dikenal sebagai “Arabist” berkat keahliannya dalam bahasa dan budaya Arab. Sepanjang karirnya, ia bertugas di berbagai negara Timur Tengah, termasuk sebagai Duta Besar Inggris untuk Bahrain (1999-2003) dan Duta Besar Inggris untuk Suriah (2003-2006)
Setelah pensiun pada tahun 2006, Ford melanjutkan keterlibatannya di wilayah tersebut, menjabat sebagai perwakilan UNRWA (Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina) hingga 2015
Saat ini, Ford aktif sebagai komentator media yang kritis terhadap kebijakan Barat di Suriah, sekaligus menjadi penasihat parlemen Inggris mengenai isu Suriah. Pada Desember 2023, ia terpilih sebagai Wakil Pemimpin Partai Pekerja Inggris dan menjadi kandidat dalam pemilihan sela 2025
Baca Berita Menarik Lainnya di Google News