
Dodoma, 24 April 2025-VNNMedia- Perbatasan yang biasanya ramai antara Tanzania dan Malawi tampak lengang pada Kamis pagi (25/4/2025) waktu setempat, menyusul meningkatnya ketegangan perdagangan di kawasan tersebut
Situasi ini dipicu oleh langkah Tanzania yang melarang masuknya seluruh impor produk pertanian dari Malawi dan Afrika Selatan, yang mulai berlaku sejak tengah malam. Keputusan ini merupakan respons terhadap apa yang dianggap Tanzania sebagai pembatasan yang merugikan terhadap sejumlah ekspornya
Menteri Pertanian Tanzania, Hussein Bashe, pada Rabu (24/4) mengonfirmasi adanya larangan impor tersebut. Ia menyatakan bahwa langkah ini diambil untuk “melindungi kepentingan bisnis” Tanzania, menekankan pentingnya saling menghormati dalam hubungan dagang
Ketegangan perdagangan ini dipicu oleh beberapa tindakan pembatasan sebelumnya. Afrika Selatan telah melarang impor pisang dari Tanzania selama bertahun-tahun. Sementara itu, bulan lalu, Malawi memberlakukan larangan impor tepung, beras, jahe, pisang, dan jagung dari negara tetangganya di utara tersebut
Upaya diplomatik untuk menyelesaikan sengketa perdagangan ini sejauh ini belum membuahkan hasil. Namun, Menteri Bashe mengungkapkan bahwa pembicaraan baru sedang berlangsung untuk mencari solusi
Perselisihan ini terjadi di tengah upaya benua Afrika untuk mendorong perdagangan bebas yang lebih besar melalui pembentukan kawasan perdagangan bebas lintas benua (AfCFTA), yang mulai beroperasi empat tahun lalu. Ironisnya, langkah-langkah proteksionis ini justru menghambat integrasi ekonomi yang lebih dalam
Larangan impor oleh Tanzania diperkirakan akan berdampak pada ekspor berbagai buah-buahan Afrika Selatan, termasuk apel dan anggur. Di sisi lain, Malawi, sebagai negara yang terkurung daratan, sangat bergantung pada pelabuhan Tanzania untuk mengirimkan ekspor utamanya seperti tembakau, gula, dan kacang kedelai ke pasar global. Dengan adanya larangan ini, Malawi kemungkinan besar harus mencari jalur alternatif untuk perdagangan internasionalnya
Pemerintah Malawi sebelumnya mengumumkan larangan impor produk tertentu pada bulan Maret sebagai tindakan sementara untuk melindungi produsen lokal dari persaingan asing. Menteri Perdagangan Malawi, Vitumbiko Mumba, menyatakan bahwa langkah tersebut merupakan “strategi untuk menciptakan lingkungan di mana bisnis lokal dapat berkembang tanpa tekanan langsung dari persaingan asing.”
Menanggapi tindakan Malawi, Menteri Bashe dari Tanzania menilai bahwa pembatasan tersebut telah “secara langsung memengaruhi” para pedagang di negaranya dan menyebutnya sebagai tindakan yang “tidak adil dan merugikan.”
Meskipun memberlakukan larangan impor, Menteri Bashe meyakinkan warga Tanzania bahwa langkah ini tidak akan mengancam ketahanan pangan negara. “Tidak akan ada warga Tanzania yang mati karena kekurangan anggur atau apel Afrika Selatan,” tegasnya, sambil menambahkan bahwa tindakan ini diambil semata-mata untuk “melindungi kepentingan Tanzania.”
Hingga berita ini diturunkan, baik pihak Afrika Selatan maupun Malawi belum memberikan komentar resmi terkait langkah terbaru yang diambil oleh Tanzania
sumber: BBC
Baca Berita Menarik Lainnya di Google News