Sidoarjo, Juli 2024, VNNMedia – Selasa (23/7) lalu, organisasi non profit yang bergerak pada peduli lingkungan, Gerakan Pembaru, berkolaborasi dengan organisasi riset Teknik Elektro Universitas Airlangga, Imercy Unair, organisasi riset dari Teknik Elektro Unair, menciptakan alat sensor dengan tenaga surya berbasis Internet of Things (IoT) yang dapat membaca nilai unsur yang terkadung dalam tanah seperti kelembapan tanah, pH tanah, Nitrogen, Fosfor, Kalium, konduktivitas hidrolik tanah, dan temperatur tanah.
Dalam percobaannya, alat sensor diletakkan di sawah Desa Plaosan, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo.
Gerakan Pembaru (GP) bersama Imercy Unair mengedukasi penggunaan sistem ini kepada para petani yang ada di Desa Plaosan. Para petani yang hadir sangat antusias dengan adanya alat baru ini dan mengikuti kegiatan dengan seksama.
Menurut Ridho Muhammad, aktivis pertanian dari GP, zaman sekarang tidak bisa lepas dari kemutakhiran teknologi, terutama pada pertanian. Dengan adanya alat yang dikembangkan oleh Imercy Unair, petani dapat memantau kesehatan tanah sawahnya. Ini merupakan kolaborasi yang baik antara kami Gerakan Pembaru dengan Imercy Unair dalam mendukung kesejahteraan petani dan memajukan pertanian negeri.
“Tetapi kami tidak berhenti di sini saja, karena pengabdian kepada masyarakat perlu adanya keberlanjutan,” tutur Ridho.
Gerakan Pembaru memulai gerakan peduli lingkungan ini dengan penelitian dan percobaan lahan sawah menggunakan sistem organik yaitu baik dari pemupukan maupun dari penanganan hama. Program lahan sawah organik ini diuji coba petama kali oleh Gerakan Pembaru di Desa Plaosan. Program ini didukung dan diterima sangat baik oleh Mulyadi, Kepala Desa Plaosan, Sidoarjo.
“Kami berterima kasih pada Gerakan Pembaru karena masih ada anak muda yang peduli terhadap pertanian. Harapannya implementasi program dari Gerakan Pembaru dapat membawa manfaat dan hasil yang signifikan” kata Mulyadi.
Imi Hamengku, ketua GP dan rekan-rekan GP lainnya memiliki visi bersama meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai manusia yang memberikan kebermanfaatan bagi orang lain dan alam. GP menyadari bahwa untuk mewujudkan visi tersebut perlu dilakukan kolaborasi dengan berbagai pelaku seperti pemerintah, akademisi, LSM, dan sebagainya.
GP membawa misi besar yaitu menjaga kestabilan lingkungan, melakukan riset dan pengembangan untuk implementasi teknologi pada permasalahan lingkungan dan pengabdian dan pemberdayaan lingkungan dengan cara aktualisasi langsung bersama masyarakat sehingga langkah Gerakan Pembaru mengembalikan kestabilan lingkungan yang rusak karena kurang tepat guna teknologi yang dipakai seperti pupuk kimia, pestisida kimia, pengolahan limbah pabrik yang kurang optimal, dan berbagai masalah lingkungan lainnya.
Zaman sekarang tidak lepas dengan majunya teknologi. Semua lini kehidupan saat ini menggunakan teknologi salah satunya di bidang pertanian. Dengan adanya alat yang dibuat oleh teman-teman Teknik Elektro Unair ini, diharapkan dapat menunjang peningkatan produksi padi nasional. Memang alat ini masih dalam tahap percobaan, namun kami harap bisa dapat dilakukan pengembangan terus sehingga petani dapat bekerja dengan efektif. Seperti yang dikatakan Arya, alat ini dapat memberikan informasi kondisi atau zat yang terkadung di dalam tanah seperti NPK, PH tanah, dan kelembaban tanah. Alat ini dapat memberikan nilai NPK, PH dan kelembaban tanah yang nantinya dapat dimonitoring oleh petani.
Misal nilai NPK dinilai rendah, maka barus dilakukan pemupukan; sama juga dengan PH terlalu rendah atau asam, maka harus dilakukan penyebaran kapur dolomit; begitu juga dengan kelembaban tinggi, maka harus dilakukan penyiraman. Dengan fasilitas monitoring seperti itu, petani dapat mengerti apa yang dibutuhkan hanya melihat aplikasi yang telah dibuat oleh teman-teman Teknik Elektro Unair dan segera dilakukan solusi untuk menjaga kesuburan tanah tanpa mengira-ngira apa yang terjadi pada padi petani sehingga alat ini menunjang hasil padi yang maksimal. Semoga nantinya dapat dilakukan pengembangan dari alat ini sampai otomatisasi dari penyiraman otomatis, pemupukan otomatis, dan lainnya.
Kemutakhiran teknologi dalam pertanian dapat berpotensi memberikan proses pertanian yang efektif, menghasilkan hasil pertanian yang maksimal dan menekan atau bahkan mengurangi impor padi dari negara lain.
Data terakhir 2023 total kemampuan produksi beras nasional di angka 30,9 juta ton sementara pada 2022 ada di angka 31,5 juta ton yang berarti menurun dari tahun 2022 ke 2023. Sedangkan kebutuhan padi nasional pada tahun 2023 di angka 30,8 juta ton. Dari data tersebut, kemampuan produksi beras tidak dapat memenuhi kebutuhan beras, jadi untuk menstabilkan ketersediaan beras maka dilakukan impor beras yang kebanyakan dari China dan Vietnam. Sangat miris jika negara agraris, sawah di mana-mana, seharusnya sumber pangan terutama beras memenuhi kebutuhan namun negara masih impor beras.
Akhir-akhir ini, dunia sedang mengalami kemarau yang panjang akibat beberapa faktor seperti perubahan iklim, konflik geopolitik, dan pandemi. Indonesia pun tidak luput dari dampaknya yaitu kelangkaan beras yang merupakan tumpuan sumber pangan nasional. Tantangan besar Indonesia ke depan adalah ketahanan pangan nasional. Maka dari itu, dengan mengoptimalkan kemampuan produksi beras di tiap daerah sehingga dapat memenuhi kebutuhan di daerah tersebut. Kami dari Gerakan Pembaru akan menjawab tantangan tersebut dengan berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait terutama para petani dan pemerintah untuk mendorong produksi beras nasional dan menekan impor beras dari negara lain.
Telusuri berita lain di Google News VNNMedia