
SURABAYA, 13 AGUSTUS 2025 – VNNMedia — Pemerintah Kota Surabaya terus mengintensifkan upaya mitigasi bencana dengan menempatkan kesadaran individu sebagai benteng pertahanan utama Kota Pahlawan.
Melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Pemkot menegaskan bahwa kesiapsiagaan bencana bukan semata tugas pemerintah, melainkan membutuhkan keterlibatan aktif seluruh warga.
Kepala BPBD Surabaya Irvan Widyanto menekankan, setiap individu harus memiliki pemahaman dan kemampuan bertindak saat menghadapi situasi darurat. Menurutnya, kesadaran bencana dimulai dari keputusan sederhana yang diambil warga dalam kondisi kritis.
“Kesadaran bencana adalah kesadaran individu. Setiap warga harus tahu apa yang harus dilakukan ketika bencana terjadi,” ujar Irvan.
Ia mencontohkan, saat terjadi hujan lebat disertai angin kencang, warga yang sadar bencana tidak akan berteduh di bawah pohon atau papan reklame, melainkan mencari bangunan permanen yang aman atau menunda aktivitas di jalan. Tindakan sederhana tersebut dinilai sebagai bentuk mitigasi paling nyata yang terus disosialisasikan BPBD.
Berdasarkan pemetaan BPBD, potensi bencana di Surabaya tidak hanya berskala besar, tetapi juga kejadian yang kerap berulang, seperti angin kencang yang memicu pohon tumbang. Tiga ancaman utama yang menjadi fokus mitigasi yakni gempa bumi, cuaca ekstrem, dan kebakaran.
Upaya membangun kesadaran terhadap risiko tersebut dilakukan secara masif melalui kolaborasi lintas organisasi perangkat daerah (OPD). Salah satunya melalui program Satuan Pendidikan Siaga Bencana yang menyasar pelajar sejak usia dini.
“Edukasi mitigasi kami lakukan rutin dari PAUD hingga SMP, baik di sekolah negeri maupun swasta,” jelas Irvan.
Program ini melibatkan berbagai OPD, seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM), Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP), serta Satpol PP.
Warga dan pelajar diedukasi untuk menjaga lingkungan, termasuk tidak membuang sampah ke saluran air, sebagai langkah pencegahan bencana berbasis kolaborasi ala Kampung Pancasila.
Tak berhenti di lingkungan pendidikan formal, mitigasi bencana juga merambah institusi keagamaan. Tim gabungan OPD kini aktif melakukan edukasi dan pemeriksaan di seluruh pondok pesantren di Surabaya.
DLH memberikan pembinaan pengelolaan sampah, DSDABM fokus pada perawatan saluran air, sementara Disperkim turut mengevaluasi kondisi konstruksi bangunan.
Di sisi layanan darurat, BPBD Surabaya terus meningkatkan kecepatan respons. Warga dapat mengakses layanan Call Center 112 sebagai pusat kendali penanganan kedaruratan. Selain itu, laporan darurat juga bisa dikirim melalui WhatsApp di nomor 081131112112.
Untuk mempercepat penanganan di lapangan, Pemkot Surabaya menyiagakan 10 Posko Terpadu yang tersebar di seluruh penjuru kota dan beroperasi 24 jam. Posko tersebut dinilai strategis, terutama untuk menjangkau wilayah rawan kejadian darurat, termasuk kawasan Surabaya Selatan.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Surabaya Linda Novanti menegaskan bahwa mitigasi bencana tidak bisa dilepaskan dari semangat kebersamaan dan gotong royong warga. Menurutnya, kesiapsiagaan dapat dimulai dari hal-hal kecil di lingkungan sekitar.
“Menghadapi potensi genangan, warga perlu tetap tenang dan menyiapkan dokumen penting agar mudah diselamatkan. Gotong royong, seperti menjaga kebersihan saluran air dan tidak membuang sampah sembarangan, sangat efektif sebagai upaya mitigasi,” ujar Linda.
Ia juga mengingatkan bahwa dampak bencana pertama kali dirasakan oleh masyarakat, sehingga partisipasi kolektif menjadi kunci utama. Selain itu, kedisiplinan berlalu lintas juga dinilai penting sebagai bagian dari kesadaran darurat, mengingat banyak kerugian justru berawal dari kelalaian di jalan raya.
Baca Berita Menarik Lainnya di Google News