Nissan Umumkan Kerugian Besar dan PHK Massal di Tengah Kekhawatiran Tarif AS

kantor pusat NIssan di Yokohama (dok.WIkipedia)

Tokyo, 14 Mei 2025-VNNMedia- Nissan Motor Co mengumumkan kerugian bersih tahunan yang signifikan sebesar 670,9 miliar yen (US$4,5 miliar ) pada Selasa (14/5). Bersamaan dengan laporan keuangan yang suram ini, produsen mobil asal Jepang tersebut menyatakan rencananya untuk memangkas 15 persen dari total tenaga kerja globalnya dan memperingatkan potensi dampak negatif dari tarif impor kendaraan oleh Amerika Serikat

Perusahaan otomotif yang tengah bergulat dengan utang besar dan rencana gagal merger dengan Honda tahun ini, sedang menjalankan program restrukturisasi bisnis yang menelan biaya besar

CEO Nissan, Ivan Espinosa, kepada wartawan menekankan perlunya perubahan mendasar dalam perusahaan. “Nissan harus memprioritaskan peningkatan diri dengan urgensi dan kecepatan yang lebih tinggi,” ujarnya. “Realitanya jelas. Kami memiliki struktur biaya yang sangat tinggi. Yang lebih memperumit masalah, lingkungan pasar global bersifat fluktuatif dan tidak dapat diprediksi, sehingga membuat perencanaan dan investasi semakin menantang.”

Kerugian bersih tahunan ini menjadi yang terburuk bagi Nissan sejak kerugian 684 miliar yen pada periode 1999-2000, yang terjadi selama krisis yang melahirkan aliansi sulit dengan produsen mobil Prancis, Renault. Pada hari Selasa, Nissan tidak memberikan proyeksi laba bersih untuk tahun fiskal 2025-26, hanya memperkirakan penjualan sebesar 12,5 triliun yen

“Sifat tidak pasti dari tindakan tarif AS membuat kami sulit memperkirakan secara rasional perkiraan laba operasi dan laba bersih setahun penuh, dan oleh karena itu kami tidak menyebutkan angka-angka tersebut,” jelas Espinosa

Meskipun demikian, saham Nissan justru ditutup tiga persen lebih tinggi pada hari Selasa setelah laporan mengenai rencana pemangkasan 20 ribu pekerjaan di seluruh dunia dikonfirmasi oleh perusahaan. “Kami tidak akan melakukan ini jika tidak diperlukan untuk bertahan hidup,” tegas Espinosa mengenai langkah pemutusan hubungan kerja tersebut

Sebagai bagian dari upaya pemulihan, Nissan juga akan “mengkonsolidasikan pabrik produksi kendaraannya dari 17 menjadi 10 pada tahun fiskal 2027”. Selain itu, perusahaan berencana untuk “memperkuat kinerja pasar kami di Tiongkok dengan meluncurkan sejumlah kendaraan energi baru,” mengingat persaingan ketat dengan merek kendaraan listrik lokal

Kegagalan rencana merger dengan Honda pada bulan Februari lalu, di mana Honda mengusulkan menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan, semakin menambah tantangan bagi Nissan. Meskipun demikian, Espinosa menyatakan bahwa Nissan tetap “terbuka untuk berkolaborasi dengan banyak mitra”, termasuk Honda

Nissan telah menghadapi serangkaian kesulitan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk skandal penangkapan mantan bos Carlos Ghosn pada tahun 2018. Lembaga pemeringkat juga telah menurunkan peringkat kredit perusahaan menjadi junk bond, dengan Moody’s menyoroti “profitabilitas yang lemah” dan “portofolio model yang menua”. Baru-baru ini, Nissan juga membatalkan rencana pembangunan pabrik baterai senilai US$1 miliar di Jepang selatan karena “lingkungan bisnis” yang tidak kondusif

Analis Bloomberg Intelligence, Tatsuo Yoshida, sebelumnya memperkirakan bahwa Nissan akan menjadi produsen mobil besar Jepang yang paling terpukul jika Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif 25 persen untuk kendaraan impor, mengingat sensitivitas harga pelanggannya dibandingkan dengan pesaing seperti Toyota dan Honda, seperti dilansir dari Japan Today

Baca Berita Menarik Lainnya di Google News