
JAKARTA, 4 JUNI 2025 – VNNMedia – Tekanan ekonomi rumah tangga kian terasa pada Mei 2025. Laporan terbaru Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat penurunan signifikan pada Indeks Menabung Konsumen (IMK) dan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK), dua indikator penting yang mencerminkan perilaku dan optimisme konsumen.
IMK turun ke level 79,0 atau melemah 4,4 poin dibandingkan April. Penurunan ini mencerminkan semakin rendahnya niat dan kemampuan masyarakat untuk menabung. LPS menyebut, beban pengeluaran yang meningkat, terutama untuk kebutuhan pendidikan dan cicilan utang, menjadi penyebab utama.
Direktur Group Riset LPS, Seto Wardono, menjelaskan bahwa menjelang tahun ajaran baru, banyak rumah tangga harus menarik tabungan untuk membayar biaya sekolah dan cicilan. “Naiknya pengeluaran bulanan, terutama untuk pendidikan, menjadi tekanan terbesar,” ujarnya.
Indeks Intensitas Menabung (IIM) turun drastis ke angka 65,1 setelah melemah 7,1 poin. Artinya, kemampuan menabung masyarakat terus menurun. Sementara itu, Indeks Waktu Menabung (IWM) sedikit melemah ke 92,9, mencerminkan pandangan masyarakat yang campur aduk tentang waktu ideal untuk menabung.
Meski demikian, ada sedikit optimisme: 29% responden justru menganggap saat ini waktu yang tepat untuk menabung. Namun, ekspektasi menabung dalam tiga bulan ke depan justru menurun, dari 42,3% menjadi 39,8%.
IMK menurun di semua kelompok penghasilan. Penurunan terdalam terjadi pada kelompok berpendapatan di bawah Rp1,5 juta/bulan, yang turun 12,5 poin. Disusul kelompok Rp3–7 juta (turun 7,2 poin) dan Rp1,5–3 juta (turun 3,0 poin). Kelompok berpenghasilan tinggi di atas Rp7 juta hanya turun 1,1 poin dan masih mempertahankan IMK di atas 100.
Selain kebiasaan menabung yang melemah, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) juga turun ke angka 99,7 atau melemah 3,4 poin. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya keyakinan terhadap kondisi ekonomi dan peluang kerja.
Indeks Situasi Saat Ini (ISSI) turun ke 79,4 dari 81,9, sementara Indeks Ekspektasi (IE) juga turun ke 114,9 dari sebelumnya 118,9.
LPS mencatat bahwa cuaca ekstrem, banjir, dan penurunan harga hasil panen turut memperburuk kondisi. Wilayah terdampak bencana mencatat pelemahan IKK yang lebih besar dibanding wilayah lainnya.
Pendidikan Jadi Beban Tambahan
Mendekati tahun ajaran baru 2025/2026, biaya pendidikan menjadi beban tambahan yang signifikan. Banyak responden menyebut kenaikan biaya sekolah sebagai faktor utama lonjakan pengeluaran.
IKK turun di semua kelompok pendapatan, dengan penurunan terbesar justru dialami kelompok berpenghasilan di atas Rp7 juta (turun 14,6 poin). Kelompok berpendapatan di bawah Rp1,5 juta turun 8,8 poin, sementara kelompok Rp3–7 juta turun 2,8 poin.
Meski ada tekanan, kelompok menengah dan atas masih mencatatkan IKK di atas 100—menandakan optimisme konsumen belum sepenuhnya hilang.
Baca Berita Menarik Lainnya di Google News