Memicu Kemarahan Publik, Polda Jatim Beri Penjelasan Terkait Viralnya Video SMAK Gloria 2 Surabaya

[Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Dirmanto]

Surabaya, 14 November 2024, VNNMedia – Sebuah video yang memperlihatkan seorang siswa SMA di Surabaya dipaksa bersujud sambil menggonggong oleh wali murid viral di media sosial pada 21 Oktober lalu. Peristiwa yang terjadi di lingkungan SMA Gloria Surabaya ini tidak hanya memicu kemarahan publik, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi korban.

Kepolisian langsung bergerak cepat menyelidiki insiden yang menghebohkan ini. Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Dirmanto, menyatakan bahwa tim Polrestabes Surabaya telah mengambil langkah sigap sejak video tersebut beredar pada pukul 15.30 WIB.

“Saat kejadian itu viral, tim kami langsung menuju sekolah untuk mengumpulkan informasi. Namun, karena sudah sore dan sekolah tutup, kami hanya bisa meminta keterangan awal dari beberapa saksi di lokasi, termasuk petugas keamanan,” katanya, Rabu (13/11/2024).

Pendalaman Kasus dan Klarifikasi dari Pihak Terkait
Tak ingin setengah-setengah, pada 22 Oktober polisi memulai serangkaian pemeriksaan mendalam. Hingga kini, delapan orang telah diperiksa, termasuk orang tua siswa yang terlibat, guru-guru, dan saksi lainnya. Polisi juga melakukan klarifikasi kepada kedua siswa yang berseteru.

Yang menarik, siswa berinisial AI (korban) dan W (anak dari wali murid yang diduga memaksa AI) akhirnya melakukan mediasi dan sepakat berdamai. Mereka bahkan mengunggah pernyataan bersama di media sosial sebagai bentuk penyesalan.

Sekolah Mendesak, Polisi Gunakan Pendekatan Bijak
Meski perdamaian telah tercapai, pihak sekolah tetap mendesak agar proses hukum dilanjutkan. Kombes Pol Dirmanto menegaskan, Polrestabes Surabaya masih mendalami kasus ini untuk menentukan langkah selanjutnya.

“Kami tetap melanjutkan proses penyelidikan. Namun, karena ini melibatkan anak-anak, kami mengedepankan pendekatan ultimum remedium, yakni penegakan hukum sebagai upaya terakhir,” jelasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya memprioritaskan masa depan anak-anak yang terlibat.

“Salah satu siswa bahkan mengalami trauma akibat insiden ini. Kami sudah menyediakan pendampingan psikologis untuk membantu pemulihan kondisi mentalnya,” terangnya.

Baca Berita Menarik Lainnya di Google News