Kadin Surabaya Hadirkan Ratusan Investor untuk Hidupkan Kota Lama

SURABAYA, 25 JULI 2024 – VNNMedia – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya memberikan dukungan penuh atas proyek revitalisasi “Kota Lama” yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya. Kali ini Kadin Surabaya mengatakan “Market Sounding 2.0 Potensi Kota Lama”.

Ada sekitar 250 investor dan pemilik bangunan di Kawasan Kota Lama yang diundang Kadin Surabaya untuk hadir. Di antaranya adalah pihak perbankan, pelaku usaha hotel, restoran dan kafe, pelaku industri kreatif, serta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Di kegiatan ini mereka melakukan negosiasi, dan berkolaborasi.

Ketua Kadin Kota Surabaya H.M. Ali Affandi L.N.M mengungkapkan bahwa revitalisasi Kota Lama bukan hanya mengembalikan fungsi bangunan. Lebih dari itu, juga tentang menciptakan peluang usaha baru, membuka lapangan pekerjaan dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian kota Surabaya.

Apalagi Kota Lama merupakan salah satu warisan budaya yang kaya dengan sejarah dan nilai estetika yang sangat tinggi. Di balik bangunan-bangunan yang berdiri kokoh, terdapat kisah-kisah yang menjadi bagian penting dari perjalanan kota Surabaya.

Dengan perkembangan zaman, kawasan ini telah direvitalisasi agar dapat kembali berfungsi sebagai pusat perkembangan ekonomi yang hidup dan dinamis. Kadin Surabaya sebagai mitra strategis Pemkot Surabaya siap mendukung penuh upaya ini dan berkomitmen untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di kota Surabaya.

“Market Sounding 2.0 ini bertujuan untuk mempertemukan para calon investor dengan pemilik bangunan di Kota Lama. Dengan adanya pertemuan ini akan tercipta kolaborasi yang solid antara pemerintah, pelaku usaha, dan investor untuk membangun kembali kejayaan kita lama,” ujar Mas Andi, panggilan akrab H.M. Ali Affandi L.N.M.

Ia percaya bahwa kawasan Kota Lama tidak hanya gedung bersejarah tetapi potensi ekonominya bisa kembali berjaya seperti tahun-tahun yang lalu.

“Di Kota Lama ada tiga zona, zona kawasan Pecinan, kawasan Kampung Arab, dan kawasan Eropa. Itu perlu diaktifkan dan perlu kerja serentak. Kadin siap menjembatani maupun menfasilitasi, mengadvokasi bagaimana UMKM, pemilik tenant dan industri. Semuanya bisa berperan dalam pengembangan Kota Lama,” tandasnya.

Lebih lanjut Mas Andi mengungkapkan bahwa ekonomi Surabaya terdiri dari berbagai macam sektor. Di antaranya perdagangan, industri, pariwisata, dan lain sebagainya.

Tetapi, hingga saat ini yang paling besar adalah perdagangan. “Nah, kami ingin menegaskan bahwa industri MICE dan pariwisata itu juga sangat menjanjikan. Harapannya, dari kolaborasi ini akan menjadi multiplier effect bagi industri lainnya, termasuk perhotelan, UMKM, dan lain sebagainya,” kata Mas Andi.

Kegiatan “Market Sounding 2.0” tidak hanya mempertemukan investor. Bagi UMKM ini adalah Kesempatan untuk meningkatkan kualitasnya sekaligus mencari solusi atas kendala Yang dihadapi.

Di Kota Lama ada berbagai macam kelas usaha. Mulai UMKM paling bawah hingga investor paling besar seperti pemilik gedung Internatio. “Harapan kami, semua bisa berkolaborasi. Tidak saling menjatuhkan, tetapi saling menguatkan karena kami berharap bisa membangun tanpa menyingkirkan yang lain,” tukasnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Hidayat Syah mengungkapkan bahwa Pemkot Surabaya akan terus berkomitmen menghidupkan kembali “Kota Lama”.

Dukungan dan bantuan akan sepenuhnya diberikan untuk pengembangannya, mulai dari infrastruktur, keamanan, hingga perizinan. Bahkan PBB di kawasan Kota Lama diberikan diskon 50 persen. Ini sebagai salah satu bentuk subsidi dari pemerintah.

“Juga soal perizinan, akan kami permudah. Silahkan dipakai, silahkan berbisnis, silahkan bernegosiasi. Kami dari Pemkot tidak akan memberatkan investor. Saya yakin kalau sudah ada kafe atau FnB maka kawasan Kota Lama akan ramai. Untuk persoalan parkir, itu sudah ada di Jembatan Merah Plaza,” ungkapnya.

Menurutnya, di setiap zona, ada puluhan bangunan bersejarah yang bisa difungsikan sebagai tempat usaha.

Di Zona Eropa misalnya, ada sekitar 14 gedung bersejarah yang bisa disewa. Di antaranya adalah gedung PLN, gedung Jiwasraya, gedung Mandiri, gedung Internatio, dan juga gedung Pos Indonesia yang sekarang sudah dikelola menjadi Pos Bloc.

Potensi yang besar juga diungkapkan oleh Ketua Apkrindo DPD Jatim Ferry Setiawan. Ia sebenarnya sangat optimis Kota Lama akan mejadi “The Next Tunjungan”.

Hanya saja, saat pertama bertemu dengan pemilik aset, masih belum terjadi kecocokan, sebab mereka menginginkan harga sewa yang sangat tinggi.

“Saya tidak tahu apa harga pasar belum terbentuk atau bagaimana. Akhirnya tidak match. Kami sebagai pengusaha tidak berani berinvestasi, pemilik aset ingin mendapatkan harga yang tinggi, padahal pasar belum terbangun,” akunya.

Setelah itu, Pemkot memanggil kembali pemilik aset dan melakukan perbincangan yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan yang difasilitasi Kadin Surabaya.

“Intinya kita sama-sama kolaborasi karena Kadin Surabaya ingin membuat Surabaya lebih baik lagi kedepannya melalui kolaborasi antara pelaku usaha dan pemilik aset. Usaha bisa untung, si pemilik lahan walaupun tidur juga bisa untung,” pungkasnya.

Baca Berita Menarik Lainnya di Google News