Jatim Siapkan Strategi Hadapi Ancaman Zoonosis dan Penyakit Infeksi Baru

SURABAYA, 17 SEPTEMBER 2025 – VNNMedia – Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Kesehatan tengah merancang strategi khusus untuk menghadapi ancaman penyakit zoonosis serta penyakit infeksi emerging dan re-emerging. Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Prof. Dr. dr. Erwin Astha Triyono menegaskan bahwa tingkat kerentanan di wilayah ini cukup tinggi terhadap penyakit yang ditularkan dari hewan maupun lingkungan.

“Sekitar 60–70 persen penyakit menular yang kembali muncul berasal dari hewan. Karena itu dibutuhkan kolaborasi lintas sektor agar respon bisa lebih cepat dan efektif,” ujar Erwin dalam rapat persiapan pembentukan Tim Koordinasi Daerah (Tikorda), Selasa (16/9/2025).

Sejumlah langkah strategis dipersiapkan, mulai dari penguatan sistem ketahanan kesehatan, surveilans lintas sektor, penerapan pendekatan One Health, hingga pengawasan imigrasi.

Pemenuhan tenaga kesehatan, peningkatan kapasitas laboratorium untuk deteksi dini, serta riset vaksin dan obat dalam negeri juga menjadi prioritas agar Jatim tidak bergantung pada impor saat menghadapi potensi wabah.

Erwin mencontohkan beberapa penyakit yang bisa kembali muncul jika kewaspadaan masyarakat melemah, seperti rabies, flu burung, dan leptospirosis. “Surveilans berbasis masyarakat sangat penting. Laporan dini dari masyarakat adalah pintu awal pencegahan,” tegasnya.

Sementara itu, Analis Kebijakan Ahli Madya Kemenko PMK drh. Rama P.S. Fauzi menekankan pentingnya pembentukan Tikorda Zoonosis dan Penyakit Infeksius Baru di daerah. Ada enam alasan utama mengapa Jawa Timur harus segera membentuk Tikorda.

Pertama, Indonesia telah mendorong pendekatan One Health di forum global sehingga perlu dipastikan keterpaduan penanganan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan di tingkat daerah. Kedua, regulasi mengamanatkan penanganan zoonosis dilakukan secara holistik dan cepat.

Ketiga, Jawa Timur menghadapi ancaman nyata dari leptospirosis, flu burung, pes, antraks, serta kerentanan wilayah yang berbatasan dengan daerah endemik rabies. Keempat, risiko multihazard semakin besar akibat bencana alam dan resistansi antimikroba.

Kelima, kekuatan aksi komunitas menjadi modal penting. Budaya dan keagamaan masyarakat Jatim dinilai dapat memperkuat surveilans berbasis masyarakat. Terakhir, Jawa Timur memiliki potensi kolaborasi kuat dengan perguruan tinggi dan lembaga riset di wilayahnya.

“Tikorda akan menjadi wadah lintas sektor untuk mempercepat deteksi dini, respon cepat, serta memperkuat koordinasi daerah dalam menghadapi ancaman penyakit zoonosis,” jelas Rama.

Dengan strategi yang disiapkan Pemprov Jatim serta dukungan pemerintah pusat, penanganan penyakit zoonosis dan penyakit infeksi baru di Jawa Timur diharapkan lebih terintegrasi. Tujuannya tidak hanya melindungi masyarakat, tetapi juga menyiapkan generasi emas 2045 yang sehat dan tangguh.

Baca Berita Menarik Lainnya di Google News