Inflasi Jawa Timur Juni 2025 Capai 0,43 Persen, Gangguan Distribusi Jadi Pemicu

SURABAYA, 21 Juli 2025 – VNNMedia – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur mencatat tingkat inflasi pada Juni 2025 mencapai 0,43 persen secara bulanan (month-to-month/m-to-m). Kenaikan harga ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor musiman dan hambatan distribusi yang terjadi sepanjang bulan tersebut.

Kepala BPS Jawa Timur, Zulkipli, menjelaskan bahwa berakhirnya musim panen, meningkatnya permintaan menjelang Hari Raya Idul Adha, serta aksi demonstrasi sopir truk ODOL (Over Dimension Over Load) menjadi penyebab utama melonjaknya harga sejumlah komoditas.

“Faktor musiman seperti panen padi yang selesai, naiknya permintaan saat hari besar keagamaan, hingga cuaca ekstrem yang mengganggu pasokan sayur-mayur berkontribusi nyata terhadap inflasi,” ujar Zulkipli dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik, Jumat (18/7/2025).

Menurut Zulkipli, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi di Jatim adalah beras, yang mengalami kenaikan harga signifikan setelah masa panen usai. Kenaikan ini diikuti oleh komoditas hortikultura seperti cabai rawit, tomat, dan bawang merah, yang harganya melonjak akibat pasokan terganggu.

Selain pasokan yang terbatas, permintaan masyarakat yang meningkat menjelang Idul Adha turut memicu lonjakan harga dalam waktu singkat. Aksi demo sopir ODOL pun memperparah situasi, menyebabkan hambatan distribusi di sejumlah wilayah dan berdampak pada ketersediaan bahan pokok.

Meski demikian, terdapat kelompok pengeluaran yang mencatat deflasi, yakni transportasi, dengan penurunan 0,04 persen. Penurunan ini didorong oleh turunnya harga bahan bakar seperti bensin dan adanya diskon tarif kereta api.

“Sektor transportasi memang menghadapi gangguan distribusi, tetapi di sisi lain, harga yang lebih rendah memberi efek penahan inflasi bagi konsumen,” kata Zulkipli.

Kelompok Makanan Catat Inflasi Tertinggi

Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tertinggi terjadi pada makanan, minuman, dan tembakau dengan kenaikan sebesar 1,24 persen, menyumbang 0,37 persen terhadap total inflasi Juni. Disusul oleh kelompok perawatan pribadi (0,56 persen) dan perumahan (0,10 persen).

Sebaliknya, kelompok informasi dan komunikasi serta transportasi justru mengalami deflasi, masing-masing sebesar -0,52 persen dan -0,01 persen secara tahunan (year-on-year/y-on-y).

Untuk rincian komoditas penyumbang inflasi tertinggi, BPS mencatat cabai rawit menyumbang 0,10 persen, diikuti beras sebesar 0,06 persen, bawang merah dan tomat masing-masing 0,04 persen, serta telur ayam ras dan emas perhiasan masing-masing 0,03 persen.

Sementara itu, komoditas yang menekan inflasi antara lain bawang putih (-0,04 persen), bensin (-0,02 persen), serta minyak goreng dan tarif kereta api yang masing-masing menyumbang deflasi -0,01 persen.

Banyuwangi Catat Inflasi Tertinggi di Jatim

Secara spasial, inflasi bulanan tertinggi di Jawa Timur tercatat di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,63 persen, diikuti Sumenep (0,62 persen) dan Bojonegoro (0,57 persen). Sedangkan inflasi terendah terjadi di Tulungagung, hanya 0,30 persen.

Dengan pergerakan tersebut, Indeks Harga Konsumen (IHK) Jawa Timur meningkat dari 108,06 pada Mei menjadi 108,52 pada Juni 2025.

Secara tahunan (year-on-year), inflasi tertinggi terjadi di Tulungagung (2,76 persen), Banyuwangi (2,64 persen), dan Sumenep (2,52 persen). Sementara Gresik mencatat inflasi terendah dengan 1,44 persen.

Hingga akhir semester pertama 2025, inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) Jawa Timur mencapai 1,32 persen, sedangkan inflasi tahunan (y-on-y) tercatat sebesar 2,02 persen, masih berada dalam rentang target inflasi nasional yang ditetapkan sebesar 2,5 persen ±1 persen.

“Meski terjadi kenaikan, inflasi di Jawa Timur masih tergolong terkendali. Kami mengimbau masyarakat tetap tenang dan waspada dalam menghadapi dinamika harga,” pungkas Zulkipli.

Baca Berita Menarik Lainnya di Google News