SURABAYA, 21 NOVEMBER 2024 – VNNMedia – Ikatan Alumni Seni Rupa dan Desain Universitas Negeri Surabaya (IKA SRD Unesa) menggelar pameran seni rupa bertajuk “ASF Art Exhibition” dengan tema “Lalu Kini”. Pameran ini sekaligus sebagai ajang temu kangen alumnus di bidang seni rupa serta media pembelajaran seniman muda.
ASF Art Exhibition menghadirkan lebih dari 50 karya dari 39 seniman yang berasal dari angkatan 1979 hingga 2000-an. Pameran ini bukan hanya menjadi wadah apresiasi seni tetapi juga sarana nostalgia dan refleksi bagi para alumni.
Menurut Wayan Setiadarma, salah satu seniman dan budayawan yang turut berpartisipasi, pameran ini mencerminkan perjalanan panjang seni rupa para alumni.
Karya yang ditampilkan sangat beragam. Mulai dari realis hingga abstrak, bahkan karya kaligrafi modern yang sangat inovatif.
“Misalnya, ada karya kaligrafi milik Mas Anwar yang benar-benar memadukan elemen tradisional dengan pendekatan modern. Ini menunjukkan bagaimana seni terus berkembang, mencerminkan kepribadian masing-masing seniman,” ungkapnya saat ditemui usai pembukan pameran, Rabu (20/11/2024).
Wayan juga memamerkan karyanya sendiri yang dibuat pada tahun 1983, mewakili era awal perjalanan seni rupa alumni. “Dari sini kita bisa melihat perkembangan seni rupa dari waktu ke waktu. Ada patung, batik modern, hingga karya berbasis teknologi digital seperti cetak 3D. Semuanya menunjukkan bahwa seni terus berevolusi,” tambahnya.
Kemajuan teknologi, menurut Wayan, memberikan peluang baru bagi seniman untuk berkreasi. “Sekarang, dengan adanya teknologi digital, banyak hal yang menjadi lebih mudah. Sketsa bisa dibuat, di-print, dan dibingkai. Bahkan teknologi cetak 3D mempermudah seniman untuk menghasilkan karya yang kompleks,” jelasnya.
Bagi Guru Besar Seni Rupa Unesa, Prof. Dr. Drs. Djuli Djati Prambudi pameran ini memiliki makna yang lebih dalam sebagai ruang nostalgia. “Ini adalah pertama kalinya pameran seni alumni seperti ini digelar. Selain menampilkan karya seni, ini juga menjadi ajang kangen-kangenan, mengenang masa kuliah dulu, dan berbagi cerita tentang kehidupan setelah kampus,” ujarnya.
Sebagai salah satu tokoh yang menyaksikan transformasi Seni Rupa UNESA dari IKIP Surabaya, Djuli merasa pameran ini menjadi bukti bahwa para alumni tetap produktif, meski banyak yang kini memilih jalur profesi di luar seni murni. “Sebagian besar teman-teman kita kini menjadi guru. Tantangan mereka adalah bagaimana menyesuaikan diri dengan generasi baru yang lahir dalam era digital. Mereka harus mampu menggabungkan pendekatan kreatif lama dengan kebutuhan modern,” katanya.
Djuli juga menyoroti pentingnya regenerasi dalam dunia seni. “Setiap zaman akan melahirkan generasinya sendiri. Kita tidak bisa memaksakan generasi sekarang untuk sama seperti kita dulu. Tugas kita adalah memberikan dasar-dasar yang kuat, seperti nilai-nilai budaya dan agama, agar mereka tetap memiliki pijakan meski hidup di era digital,” tutupnya.
Baik Wayan maupun Djuli berharap agar pameran ini bisa menjadi kegiatan berkelanjutan. “Akan lebih baik jika pameran seperti ini bisa diadakan setahun sekali atau bahkan dua kali. Selain itu, alangkah baiknya jika pameran ini bisa digelar di berbagai galeri di Surabaya, agar semakin banyak masyarakat yang bisa menikmati karya-karya alumni,” ujar Wayan.
Baca Berita Menarik Lainnya di Google News