GNB Desak Pemerintah Dengarkan “17+8 Tuntutan Rakyat”

dok. X @nu_online

Jakarta, Kamis 04 September 2025-VNNMedia- Aksi unjuk rasa besar-besaran yang berlangsung selama beberapa hari pada pekan lalu, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, puluhan luka-luka dan perusakan serta penjarahan, mengundang keprihatinan sejumlah kalangan masyarakat

Sebuah kelompok yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa (GNB), yang terdiri atas para tokoh lintas agama dan masyarakat, menyuarakan keprihatinan mendalam atas kondisi bangsa akhir-akhir ini. Para tokoh tersebut meminta pemerintah mau mendengarkan kritikan dan masukan masyarakat termasuk yang lagi viral di media massa, yaitu “17+8 Tuntutan Rakyat”

Ketua PBNU Alissa Qothrunnada Wahid, dalam konferensi persnya kemarin, menyampaikan apresiasinya terhadap “17+8 Tuntutan Rakyat” yang disusun dan dibagikan ke media sosial, yang merupakan kompilasi dari berbagai unsur masyarakat khususnya kaum muda

“Kalau pemerintah dan penyelenggara negara tidak belajar dari dua kali kejadian ini, yang digerakkan oleh media sosial, berarti sangat parah,” kata Alissa sembari menegaskan bahwa “17+8 Tuntutan Rakyat” tersebut sejalan dengan tuntutan yang disampaikan oleh GNB, termasuk anti kriminalisasi demonstran, melarang tindakan represif aparat kepada demonstran dan penghapusan tunjangan dan pemberian fasilitas publik yang berlebihan kepada pejabat publik

Sementara itu Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmojo meminta kritik yang ditujukan kepada pemerintah tidak disaring, sehingga hanya yang baik-baik saja yang sampai ke pemerintah

“Tolonglah itu didengat, dipertimbangkan dan sungguh-sungguh dipikirkan bersama-sama dengan mengundang tokoh-tokoh yang tidak mempunyai kepentingan apapin selain kebaikan negeri,” ujar Ignatius

Tentang “17+8 Tuntutan Rakyat”

“17+8 Tuntutan Rakyat” adalah sebuah gerakan yang muncul sebagai respons terhadap gelombang demonstrasi dan kekecewaan publik terhadap pemerintah dan DPR. Gerakan ini digagas oleh sekelompok pegiat media sosial dan influencer ternama, di antaranya Jerome Polin, Andovi da Lopez, Salsa Erwina Hutagalung, Fathia Izzati, Abigail Limuria, dan Andhyta Firselly Utami

Mereka merangkum berbagai tuntutan yang tersebar dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari mahasiswa, buruh, hingga organisasi masyarakat sipil, menjadi satu narasi yang terstruktur

Secara garis besar, “17+8 Tuntutan Rakyat” berisi dua kategori tuntutan:

  1. 17 Tuntutan Jangka Pendek: Ini adalah tuntutan-tuntutan mendesak yang harus diselesaikan dalam waktu singkat, seperti membekukan kenaikan gaji dan tunjangan DPR, transparansi anggaran, mengusut tuntas kekerasan aparat, hingga memastikan upah layak bagi seluruh pekerja
  2. 8 Tuntutan Jangka Panjang: Tuntutan-tuntutan ini bersifat reformasi struktural yang membutuhkan waktu lebih lama untuk diimplementasikan, seperti membersihkan dan mereformasi DPR secara besar-besaran, mengesahkan UU Perampasan Aset Koruptor, mereformasi sistem kepolisian, hingga mengembalikan TNI ke barak

Gerakan ini menjadi viral di media sosial karena beberapa faktor. Pertama, peran influencer dan aktivis yang memiliki basis massa besar di media sosial membuat tuntutan ini menyebar dengan cepat dan massif. Kedua, momentumnya sangat tepat, yaitu di tengah maraknya demonstrasi dan kekecewaan publik yang sudah memuncak. Ketiga, visualisasi kampanye yang unik dengan menggunakan warna-warna berani seperti “Brave Pink” dan “Hero Green” untuk foto profil, berhasil menciptakan tren visual yang mudah dikenali dan diikuti oleh warganet

Pada dasarnya, “17+8 Tuntutan Rakyat” berhasil menyatukan dan menyederhanakan aspirasi-aspirasi rakyat yang sebelumnya terpecah-pecah menjadi sebuah dokumen yang koheren, sehingga lebih mudah disuarakan dan dikawal oleh masyarakat luas

sumber: Antara

Baca Berita Menarik Lainnya Di Google News