Fakta di Balik “Kingdom of the Planet of the Apes”

Ada Keterlibatan Animator Indonesia

JAKARTA – 25 MEI 2024 – VNNMedia – Franchise legendaris “Kingdom of the Planet of the Apes” kembali menyapa penggemarnya di Bulan Mei ini. Film disebut sebagai pembuka era baru dalam kisah ikonik ini.

Disutradarai oleh Wes Ball, “Kingdom of the Planet of the Apes” dibintangi oleh Owen Teague, Freya Allan, Kevin Durand, Peter Macon, dan William H. Macy.

Film ini berlatar beberapa dekade setelah masa kepemimpinan Caesar. Di masa ini, manusia hidup dalam bayang-bayang dan spesies kera harus berhadapan dengan pemimpin tirani yang berupaya untuk membangun kerajaan barunya.

Di sisi lain, sesosok kera muda bernama Noa dari klan Eagle harus mengarungi sebuah petualangan berbahaya. Ia lalu mempertanyakan kembali masa lalu yang ia ketahui, serta membuat keputusan penting yang akan mempengaruhi kehidupan manusia dan kera kedepannya.

Selain menampilkan cerita perjalanan yang penuh aksi dan berbeda dari trilogi sebelumnya, “Kingdom of the Planet of the Apes” juga menyimpan banyak kisah unik yang patut diketahui para penggemar:

Penggarapan “Kingdom of the Planet of the Apes” dipimpin oleh Wes Ball, seorang sutradara yang mulai dikenal pada tahun 2014 lewat franchise film populernya,“The Maze Runner”. Film tersebut yang meraup lebih dari USD 348 juta secara global.

Wes Ball juga menyutradarai “Maze Runner: The Scorch Trials” dan “Maze Runner: The Death Cure” pada tahun 2015 dan 2018. Trilogi ini telah mendapatkan hampir USD 1 juta di box office.

Pada tahun 2019, ia pertama kali ditawarkan tentang kemungkinan menghidupkan kembali franchise ikonik. Awalnya dia tidak tertarik.

Namun, satu minggu setelahnya, sebuah konsep yang sangat menarik muncul dibenaknya. Cerita yang menurutnya sangat menarik ini berlatar ratusan tahun setelah kematian Caesar di akhir “War for the Planet of the Apes”. Kisah ini juga menampilkan petualangan yang lebih kompleks.

Konsep ini bercerita tentang sesosok kera muda yang naif dan tidak tahu apa-apa tentang dunia luar, di mana Caesar telah menjadi legenda. Jika tiga film terakhir bisa diumpamakan sebagai zaman batu para kera, sekarang mereka telah memasuki zaman perunggu.

”Kita bisa melihat budaya berkembang di dalam berbagai klan. Kita juga bisa melihat apa yang terjadi pada dunia yang ditinggalkan dan yang tersisa semenjak perginya manusia,” jelasnya.

Setelah mendatangi eksekutif di 20th Century Studios dengan ide tersebut, Ball mendatangi Rick Jaffa dan Amanda Silver untuk menjadi produser film ini. Jaffa dan Silver merupakan pencipta trilogi Caesar dan menulis naskah untuk “Avatar: The Way of Water”.

Libatkan Animator Indonesia

Untuk menghidupkan karakter kera dan juga suasana film, digunakan teknologi Performance Capture, bekerjasama dengan Wētā FX. Perusahaan efek visual di Selandia Baru milik pembuat film Peter Jackson ini juga telah bekerja pada tiga film sebelumnya.

Pekerjaan Wētā FX juga termasuk mengubah aktor manusia menjadi kera secara digital dan membantu menciptakan dunia yang berlatar beberapa ratus tahun dari film sebelumnya.

Di dalam tim animator luar biasa ini, salah satunya adalah animator Indonesia yaitu Sashya Subono Halse. Sashya sebelumnya merupakan seorang pengajar di bidang animasi di Indonesia.

Ia lalu melanjutkan pendidikannya di Selandia Baru hingga menjadi bagian dari Wētā FX selama lebih dari empat tahun. Animator yang berfokus pada Facial Motion Animation ini telah berkontribusi dalam beberapa film ikonik seperti, Guardians of the Galaxy Vol. 3 (2023) dan Avatar: The Way of Water (2022).

Baca Berita Menarik Lainnya Di Google News