
JAKARTA, 7 DESEMBER 2025 – VNNMedia – Di balik maraknya brand fesyen lokal yang tumbuh pesat di era digital, ada kisah inspiratif dari pasangan muda asal Bandung, Febhy Anjani Poetri (27) dan suaminya, Bagus Imran Saptadji Handoko.
Melalui Faforbea, keduanya membuktikan bahwa ketekunan, adaptasi, dan keberanian memulai dari titik nol bisa menuntun pada kesuksesan sebelum usia 30.
Kisah Faforbea dimulai di masa pandemi 2020, saat dunia bisnis tengah limbung. Berbekal selembar kain masker, Febhy yang baru lulus dari jurusan Agribisnis mencoba memanfaatkan keterampilan sederhananya.
Inspirasi datang dari kakak yang lebih dulu berbisnis, sementara Bagus yang semula bercita-cita menjadi tentara justru menemukan jalannya sebagai wirausahawan.
Dari dorongan untuk bangkit dan mandiri, lahirlah nama “Faforbea”—bermakna keluarga yang ingin tumbuh dari keterpurukan.
“Dari masker itulah semuanya bermula. Saya belajar bahan, pasar, sampai melayani pelanggan secara online lewat Shopee. Ketika masker tak lagi dibutuhkan, saya sadar harus terus berkreasi. Dunia fesyen menawarkan ruang yang lebih luas,” kenang Febhy, Founder Faforbea.
Febhy memilih berjualan eksklusif di Shopee sejak awal. Langkah ini menjadi titik balik: Faforbea tumbuh dari bisnis rumahan menjadi brand fesyen perempuan yang digemari anak muda dan pekerja kantoran.
Koleksinya memadukan konsep simple, basic, tetapi tetap elegan dan timeless, dengan fokus pada atasan wanita berusia 22–30 tahun.
“Kami melihat masa depan UMKM ada di digital, dan Shopee membantu kami berkembang. Sejak 2022, kami live setiap hari dari jam 08.00–22.00 WIB. Shopee Live kini menyumbang lebih dari 30% penjualan bulanan, bahkan mendorong pertumbuhan hingga lima kali lipat setiap tahun,” ungkap Febhy.
Perjalanan digital ini membawa Faforbea naik kelas. Produksi yang dulu hanya 500 pieces per bulan kini menembus 5.000 pieces. Produk andalannya, kemeja Gaudi, bahkan telah terjual lebih dari 30.000 pieces di Shopee.
Dari Rumah Sederhana ke Konveksi Sendiri
Setahun setelah memulai, Febhy dan Bagus memberanikan diri membuka konveksi rumahan di Soreang, Bandung. Perlahan, mereka membangun ekosistem produksi yang memberdayakan warga sekitar. Kini, Faforbea memiliki 25 karyawan, bekerja sama dengan penjahit lokal, serta menggunakan bahan dari pemasok Bandung.
Koleksinya pun berkembang pesat—dari 10 desain awal menjadi lebih dari 100 rancangan yang terinspirasi seni, kehidupan sehari-hari, hingga ide spontan yang lahir dari diskusi suami-istri tersebut.
Perjalanan mereka tak selalu mulus. “Dulu kami nggak ambil gaji. Semua diputar jadi modal. Dari beli bahan naik motor, nunggu di konveksi sampai malam, makan sederhana. Tapi kami bahagia karena tahu ini jalan kami. Yang penting berani mulai, jangan tunggu modal besar,” ucap Febhy.
Kini, keberanian memulai itu membuahkan hasil. Dari penjualan di Shopee, pasangan ini mampu membeli beberapa mobil, menabung emas, mendaftar haji, dan sedang bersiap menunaikan ibadah umrah.
Tahun 2025 juga menjadi momen baru bagi Faforbea untuk meluncurkan koleksi autentik dan eksklusif hasil desain internal sepenuhnya.
Bagi Febhy dan Bagus, Faforbea bukan sekadar bisnis fesyen—tetapi perjalanan keluarga muda yang tumbuh, jatuh, bangkit, dan akhirnya menemukan jati diri mereka di era digital.
Baca Berita Menarik Lainnya di Google News