DWP Kemenko Perekonomian Ajak Masyarakat Sadar Thalasemia

Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengajak masyarakat lebih perhatian terhadap penyakit Thalasemia. Penasehat DWP Kemenko Perekonomian, Yanti Airlangga mengatakan dalam 10 tahun terakhir jumlah pasien Thalasemia meningkat tiga kali lipat.

“Kami berharap bisa memutus rantai Thalasemia, apalagi deteksi penyakit ini bisa dimulai sejak kelas 3 SMP. Namun sayangnya belum banyak orang yang tahu apa itu Thalasemia,” ungkap Yanti kepada Media dalam Kegiatan Sosial Kunjungan Penderita Thalasemia: Ekon Cares With All Our Hearts “Memutus Mata Rantai Thalasemia untuk Indonesia Emas 2045” di RS Fatmawati, Jakarta, Rabu (18/10/2023).

Dia menyebutkan masih banyak yang belum memahami bahwa Thalasemia bukanlah penyakit dan faktor genetik atau turunan menjadi salah satu penyebabnya. Untuk itu selain melakukan pencegahan, Yanti mengharapkan perawatan pasien pun bisa mendapatkan kemudahan dari fasilitas kesehatan.

“Kami juga berharap bisa membantu pasien dalam kemudahan dan kenyamanan, oleh karena itu sangat mungkin ke depan bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk BPJS Kesehatan,” ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut Yanti juga berkesempatan mengunjungi pasien Thalasemia. Dia berharap pasien bisa tetap semangat dan mendapatkan kenyamanan selama perawatan.

Dia menegaskan membantu dan mencegah penyakit, termasuk Thalasemia, merupakan tugas kemanusiaan yang harus dilakukan di tengah masyarakat.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kemenko Perekonomian Wahyu Utomo mengatakan dibutuhkan masyarakat yang kuat dan tangguh untuk menuju Indonesia emas 2045. Ditambah lagi, Indonesia telah memiliki pengalaman berharga dalam menangani Covid-19. Penyakit Thalasemia menurut Wahyu juga sangat mungkin dicegah dengan dukungan berbagai pihak.

“Penyakit ini cukup meningkat dan tidak bisa diobati, bahkan menyerap 5% dari BPJS Kesehatan. Oleh karena itu kami sangat berharap orang tua bisa memberikan pemahaman dan pengertian kepada anak-anaknya yang belum menikah agar melakukan pengecekan lebih dini. Biaya yang dikeluarkan untuk screen jauh lebih murah dibandingkan pengobatan yang harus dilakukan seumur hidup,” tegas Wahyu.

Dia menyebut tiga daerah dengan jumlah penderita Thalasemia tertinggi antara lain, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Ke depannya, kegiatan sosialisasi ini akan terus ditingkatkan, seiring bertambahnya penderita Thalasemia.

Untuk diketahui, Thalassemia adalah penyakit keturunan (kelainan genetik) akibat kelainan sel darah merah yang dapat menyebabkan penderita harus melakukan transfusi darah sepanjang usianya. Penyakit tersebut bisa dicegah melalui deteksi dini.

Berdasarkan data dari Yayasan Thalassemia Indonesia, pada 2012 ada sebanyak 4.896 kasus dan hingga Juni 2023 meningkat hampir tiga kali lipat menjadi sekitar 12 ribu kasus.

Leave a Reply