Surabaya, 17 Oktober 2024, VNNMedia – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kediri melakukan studi lapangan di Kampoeng Oase yang ada di Kota Surabaya, yakni Kampoeng Oase Songo, RT 09/RW 03 Kelurahan Simomulyo Baru, Kec. Sukomanunggal. Di kampung ini, mereka belajar terkait pengelolaan sampah organsik dengan maggot, Budidaya Ikan Dalam Ember (Budikdamber), produksi pakan pelet dari maggot, dan pemeliharan kelinci.
Studi lapangan tersebut dipimpin oleh Kepala Bidang Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (Kabid PSLB3) DLH Kabupaten Kediri, Arman Fuadi, dan diikuti oleh para pengelola bank sampah yang ada di Kabupaten Kediri, serta beberapa komunitas gerakan sedekah rosok dari Laziznu. Selain ke Kampoeng Oase Songo, rombongan dari Kediri ini juga mengunjungi Kampung Oase Ondomohen Magersari Gang V, Ketabang, Kec. Genteng, Kota Surabaya.
Saat dikonfirmasi pada Kamis (10/10/2024), Kabid PSLB3 DLH Kabupaten Kediri, Arman Fuadi menyampaikan, maksud rombongannya ke Surabaya ini adalah untuk mengajak para pengelola bank sampah di seluruh Kabupaten Kediri maupun komunitas Sedekah Rosok Laziznu, menggali ilmu pengetahuan terkait opsi pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat.
“Alasan kami memilih Kampoeng Oase di Surabaya ini, karena kami tahu bagaimana keberhasilan di Kampung Oase Ondomohen, mapun Kampung Oase, Songo, bahwa mereka dalam pengelolaan sampah di lingkungannya sudah sangat baik,” jelas Arman.
Lebih lanjut, Arman menerangkan, bahwa sebelumnya Ia juga sudah melakukan upaya-upaya pencarian informasi kelebihan dari Kampung Oase di Surabaya, dan menemukan, ternyata dari media sosial yang ada, dan beberapa informasi yang didapat kelebihannya memang banyak.
“Dan setelah kami datang di sini memang banyak sisi kelebihannya, tadi disampaikan oleh Bu Yaning, selaku inisiator dari Kampung Oase, Songo. Bahwasannya, pertama memang harus ada niatan, dari inisiatornya niatan yang kuat, supaya bisa menumbuhkan kepercayaan masyarakat agar bersama-sama mengelola sampah, mendaur ulang sampah, termasuk memilah, mengolah, mendaur ulang. Sifatnya, seperti yang kita tahu, adanya slogan Reduce, Reuse, dan Recycle,” terangnya.
Slogan 3R yang merupakan, reduce, reuse, dan recycle ini dijelaskan Arman, adalah upaya mengurangi sampah, menggunakan kembali sampah-sampah yang bisa digunakan, juga mendaur ulang sampah.
“Kita bisa lihat implementasinya disini (Kampoeng Oase Songo) mulai pemilahannya, pengurangannya, juga daur ulangnya, bagaimana hewan maggot bisa dikolaborasikan dengan hasil-hasil maggot ini ke produk olahan berupa pakan pelet yang bisa digunakan sebagai suplemen untuk pakan kelinci,” papar Arman.
Di Kabupaten Kediri, Arman menyebutkan, sudah ada kurang lebih 40 bank sampah, namun menurutnya hal itu cakupannya masih kurang. Karena di Kabupaten Kediri memiliki 343 desa yang masih perlu digalakkan upaya pengelolaan sampahnya.
Sehingga, Arman mengungkapkan, tindak lanjut ke depan setelah studi tiru ini, adalah akan memperluas jejaring dan rencana kerja sama dengan Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara (Perbanusa).
“Harus ada tindak lanjut yang terus keberlanjutan, tidak hanya kegiatan-kegiatan seperti ini atau hanya anjang sana terus pulang ke Kediri. Kami berharap hasil dari ini nanti akan kami tunjukkan, ini loh ada daerah yang bisa kita jadikan inspirasi, kami akan upayakan muncul satu inisiator penggiat lingkungan yang bisa mengajak warga sekitar untuk lebih berkembang pengurangan sampahnya,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Kampoeng Oase Songo, Yaning Mustika Ningrum mengatakan, pihaknya merasa bersyukur kampung yang Ia pimpin bisa dikunjungi jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri. “Wah, saya bersyukur, saya senang karena saya bisa berbagi ilmu dengan para penggiat lingkungan dari Kediri,” tutur Yaning.
Yaning menyebutkan, hal-hal atau poin yang disampaikan kepada rombongan Pemkab Kediri ialah, peran pegiat lingkungan, kedua, berbagi ilmu pengelolaan sampah, dan yang ketiga, saling berbagi ilmu lainnya.
“Yang saya punya satu, istiqomah, saya sampai tahun ke-11 ini tidak berhenti mulai 2013 saya menggerakkan kampung untuk mengelola sampah, sampai akhirnya tidak terasa, akhirnya dari 17 RT ini sudah separuhnya sekarang, ikut melestarikan lingkungan,” ujarnya.
Ke depan Yaning berharap, semoga nanti semua kampung di Surabaya, semua jadi penggiat lingkungan. Karena dikatakannya, di sini sudah terbukti dari 17 RT, sekarang sudah 8 yang turut mengupayakan pelestarian lingkungan.
Kepada pemerintah, Yaning juga berharap agar pegiat lingkungan seperti dirinya itu diperhatikan, disambangi, dan diberi motivasi, syukur-syukur diberi bantuan.
“Paling tidak dikunjungi itu sudah merupakan kebanggaan. Apalagi, Surabaya ini persoalannya 45% sampah basah atau organik. Pesan saya, kelola sampah sampai seminim mungkin, karena motto saya, sampahmu tanggung jawabmu, sampahku tanggung jawabmu,” tukasnya.
Sedangkan, sebagai Pembina Kampoeng Oase di Surabaya Adi Candra mengatakan, adanya kegiatan ini adalah untuk menyemangati sesama pegiat lingkungan di Surabaya. Karena menjalani program pemberdayaan masyarakat, apalagi persoalan sampah itu bukan perkara yang mudah, menurutnya yang paling penting dalam kegiatan ini adalah keterlibatan seluruh unsur penting yang ada.
“Ketika seluruh unsur Pentahelix dan media partner bersatu, kami bisa merasakan kemanfaatan ini secara keberlanjutan, bahwa tidak ada yang tertinggal atau no one life behind. Sehingga, dengan ini mudah-mudahan kita bisa semakin dekat dan dapat mencapai 17 target dalam pembangunan keberlanjutan atau sustainable development goals,” pungkas Adi.
Sebagai informasi, kegiatan ini merupakan inisiasi oleh DLH Kabupaten Kediri, berkolaborasi dengan Kampoeng Oase Surabaya, Perbanusa DPD I Jawa Timur, dan dipromosikan Indonesian Fighter Tourism Associaton (IFTA) Jelajah Indonesia.
Telusuri berita lain di Google News VNNMedia