
Surabaya, 13 Februari 2025, VNNMedia – Surabaya kembali menghadapi munculnya kasus Demam Berdarah Demam Berdarah (DBD) sejak akhir tahun 2024. Kasus DBD menyerang semua kalangan usia, mulai dari dewasa hingga anak-anak.
Menanggapi fenomena tersebut, Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), Dr Sulistiawati dr M Kes turut memberikan pandangannya. Menurutnya, peningkatan kasus DBD erat kaitannya dengan faktor lingkungan dan kondisi iklim yang mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, sebagai faktor utama penyebaran virus dengue.
“Nyamuk ini lebih suka bertelur di air bersih, bukan air kotor. Oleh karena itu, kita harus waspada pada kondisi-kondisi iklim, karena salah satu faktor risiko yang memudahkan penyebaran penyakit ini adalah keberadaan nyamuk. Jika tempat berkembang biak nyamuk semakin mendukung, maka penyebaran virus akan lebih cepat,” jelasnya, di Surabaya, Rabu(12/02/2025).
Sulistiawati menyebut, guna mencegah penyebaran DBD, tak cukup bergantung pada upaya individu, tetapi juga membutuhkan keterlibatan masyarakat secara kolektif. Program 3M Plus (menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air, serta upaya tambahan seperti menanam tanaman pengusir nyamuk dan menggunakan kelambu) tetap menjadi strategi utama dalam pengendalian nyamuk.
“Jika program 3M Plus dilakukan secara rutin dan kompak oleh seluruh masyarakat, maka kasus DBD dapat ditekan. Namun, jika hanya sebagian yang menjalankan, maka efektifitasnya berkurang,” ungkapnya.
Saat ini terdapat Jumantik (Juru Pemantau Jentik) sebagai upaya pemerintah membasmi dan menekan angka DBD. Melalui program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Sulistiawati berharap program tersebut dapat berjalan optimal dan rutin.
Sulistiawati juga menyoroti terkait pentingnya kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala awal DBD agar dapat segera tertangani. Karena tidak semua orang akan mengalami gejala yang sama.
“Ada yang hanya merasa lemas, ada yang demam tinggi, dan ada yang mengalami perdarahan hingga syok,” ujarnya. Selain mengonsumsi obat penurun panas, ia juga menekankan pentingnya menjaga cairan tubuh dengan rutin mengkonsumsi air putih, guna mencegah dehidrasi.
Mengenai konsumsi jus jambu yang sering dikaitkan dengan peningkatan trombosit, Dosen FK itu menjelaskan bahwa jus jambu memang kaya akan vitamin dan mineral, sehingga dapat menjadi suplemen yang baik. Namun, jika ada komplikasi lain seperti gangguan pencernaan, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter.
Terakhir, Wakil Dekan III FK Unair itu mengatakan bahwa untuk mencegah penyebaran DBD membutuhkan upaya kolektif dan konsistensi dalam menjalankan program pengendalian nyamuk. “Jika kita semua kompak dan menjalankan langkah-langkah pencegahan dengan baik, kasus DBD dapat diminimalkan,” pungkasnya.
Telusuri berita lain di Google News VNNMedia