
Bangkok, 18 April 2025-VNNMedia- Pada pertemuan puncak negara-negara anggota ASEAN pada Jumat (18/4) di Bangkok, Ketua ASEAN yang juga merupakan PM Malaysia, Anwar Ibrahim, mengumumkan bahwa ia telah mendesak agar militer Myanmar menghormati gencatan senjata, dalam sebuah pertemuan khusus dengan pemimpin junta
“Saya katakan kepadanya bahwa penting untuk menghentikan tembakan. Penting untuk mengizinkan upaya kemanusiaan untuk menjangkau seluruh Myanmar, terlepas dari dimana mereka berada atau apa posisi politik mereka. Jaminan itu sudah diberikan,” katanya saat konferensi pers
Myanmar sendiri tidak diundang dalam pertemuan meski negara itu merupakan anggota perkumpulan negara di Asia Tenggara tersebut. Hal disebabkan, ASEAN menilai tidak ada kemajuan berarti dalam kesepakatan damai pasca kudeta militer yang memicu perang saudara itu
Sementara itu pemimpin junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing yang berada di Bangkok untuk bertemu Anwar Ibrahim mengatakan pada Kamis malam bahwa mereka bertemu untuk membicarakan kerjasama rehabilitasi pasca gempa dahsyat yang melanda Myanmar akhir bulan lalu
Myanmar diguncang gempa besar 7,7 skala Richter pada 28 Maret 2025 yang mengakibatkan korban tewas mencapai 3.700 lebih dan ribuan bangunan hancur. PBB menyatakan jika gempa memaksa dua juta rakyat Myanmar ke dalam ‘kebutuhan kritis akan bantuan dan perlindungan’
Gempa yang meluluhlantakan negaranya, membuat junta umumkan gencata militer untuk memperlancar arus bantuan kemanusiaan dari negara-negara di dunia. Namun mereka juga mengatakan akan membalas setiap serangan dari kelompok-kelompok anti pemerintah
Anwar Ibrahim juga mengaku kalau sudah menghubungi pemimpin partai oposisi ‘Pemerintah Persatuan Nasional’ (NUG), Winn KHaing Thann, untuk memberitahukan bahwa junta berniat melakukan pemilu pada akhir tahun
“Kami menyampaikan kekhawatiran ASEAN. Kami tidak mendesak terlalu cepat karena kami menginginkan konsensus semacam ini untuk memastikan adanya pemilihan umum yang adil dan bebas,” terang Anwar
Namun beberapa pengamat politik mengungkap jika pemilu Myanmar akan sangat jauh dari kata demokratis mengingat kondisi Myanmar yang terbagi atas junta militer, ratusan faksi kelompok etnis bersenjata dan pejuang antikudeta
sumber: CNA
Baca Berita Menarik Lainnya Di Google News