AS Ancam Sanksi Visa, Thailand Bakal Kunjungi Warga Uighur yang Dideportasi

Bangkok, 17 Maret 2025-VNNMedia- Ancaman pembatasan visa oleh Amerika Serikat (AS) yang dilontarkan Marco Rubio pada Jumat kemarin serta resolusi Uni Eropa yang mengecam deportasi warga Uighur oleh Thailand, sepertinya membuat keder Bangkok

baca juga: Amerika Serikat Jatuhkan Sanksi Visa kepada Thailand atas Deportasi Uighur ke China

Pada Minggu (16/3), Bangkok menyatakan akan mengirim delegasi yang dipimpin wakil PM Thailand Phumtham Wechayachai ke kota Kashi- tempat etnis Uighur bermukim- di Xinjiang China. Kunjungan yang akan berlangsung selama 3 hari mulai 18 sampai 20 Maret bertujuan untuk menindaklanjuti kekhawatiran dunia tentang kesejahteraan etnis Uighur yang telah dideportasi ke negara tersebut

Diketahui, Thailand pada akhir Februari telah memulangkan paksa sedikitnya 40 warga Uighur ke China. PM Thailand, Paetongtarn Shinawatra memberi jaminan jika suku Uighur yang dideportasi akan diperlakukan layak oleh pemerintah China. Meski mendapat kecaman dari dalam negerinya sendiri dan organisasi internasional termasuk PBB

baca juga: Organisasi Dunia Sesalkan Thailand Deportasi Warga Uighur ke China

Pengiriman delegasi itu merupakan bagian dari kesepakatan antara Bangkok dengan Beijing, saat Bangkok menyetujui pendeportasian warga Uighur setelah dilakukan penahanan sepuluh tahun lamanya

China sendiri menghadapi tekanan internasional atas tuduhan melakukan kerja paksa terhadap warga Uighur di pusat-pusat penahanan serta memindahkan warga Uighur di pedesaan untuk dipekerjakan di pabrik-pabrik, namun tuduhan tersebut dibantah keras oleh Beijing

Sementara itu, Thailand berencana untuk mengirimkan lebih banyak delegasi resmi guna memastikan keselamatan warga Uighur dan untuk menjawab keraguan dan kekhawatiran internasional akan nasib etnis tersebut setelah dipulangkan ke China

Reaksi keras AS dan Uni Eropa menjadi tantangan tersendiri bagi Bangkok ditengah upaya Thailand meminimalkan perang dagang yang mengganggu perekonomian negara tersebut. Thailand diketahui sedang mempertimbangkan melakukan impor lebih banyak dari AS untuk mengurangi defisit perdagangan serta menghindari potensi tarif timbal balik. Selain itu Thailand juga masih harus menyelesaikan pakta perdagangan bebas dengan kelompok Uni Eropa

sumber: The Straits Times

Baca Berita Menarik Lainnya Di Google News