
Surabaya, 22 April 2025, VNNMedia – Robbyan Abel Ramdhon, alumni Ilmu Komunikasi FISIP Unair terpilih sebagai salah satu Emerging Writers dalam Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2025. Sebuah ajang sastra paling bergengsi di Asia Tenggara.
“Jujur saya merasa beruntung, tapi juga cemas,” katanya membuka perbincangan. “Karena pencapaian ini justru menuntut komitmen lebih pada dunia tulis-menulis yang selama ini saya jalani.”
Robby, begitu ia disapa, memang bukan wajah baru dalam dunia kepenulisan. Ia memulai sejak 2013, ketika masih duduk di bangku SMA. Bukan sekadar hobi musiman, menulis baginya adalah kerja panjang yang membutuhkan kedisiplinan. “Saya gak mempersiapkan naskah khusus saat mendaftar UWRF. Menulis sudah jadi bagian dari hidup saya sehari-hari,” ujarnya, di Surabaya, Senin (21/5/2025).
Tak heran jika dari tangannya lahir karya-karya yang kerap menyentuh isu sosial dan budaya dengan gaya bertutur yang reflektif. Beberapa di antaranya bahkan menyabet penghargaan nasional, seperti cerpen “Masjid di Bawah Laut” (2018), “Alim Berbicara, Tapi Tatapannya Kosong” (2022), dan esai tentang Wiji Thukul dalam kritik film Dewan Kesenian Jakarta (2023).
Sebagai bagian dari Komunitas Akarpohon Mataram, Robby ingin pencapaian ini bukan hanya milik pribadi. “Saya ingin bisa menjadi jalan bagi penulis muda lainnya. Sebab dunia sastra Indonesia butuh lebih banyak suara-suara baru yang tumbuh dari daerah.”
UWRF 2025 sendiri adalah festival yang mempertemukan penulis dari berbagai belahan dunia untuk berbagi gagasan tentang sastra, politik, budaya, dan isu global lainnya. Tahun ini, dari 647 pendaftar, hanya 10 emerging writers yang terpilih dan Robby menjadi satu di antaranya.
Ia berharap UWRF dapat menjadi panggung pertama yang memperkenalkan karya tersebut secara luas. “Saya ingin festival ini jadi ruang belajar, ruang bertukar, dan ruang berbagi. Terutama tentang bagaimana kehidupan sastra bisa tumbuh secara organik dari akar rumput,” katanya.
Robby menyampaikan pesan sederhana namun penuh makna untuk para mahasiswa Unair. “Menulis itu tanggung jawab. Bukan hanya pada kata, tapi pada hidup yang kita jalani. Lewat tulisan, pengalaman jadi lebih bermakna.”
Telusuri berita lain di Google News VNNMedia