SURABAYA, 4 AGUSTUS 2024 – VNNMedia – Lebih dari seribu pasangan suami istri mengikuti Doa Akbar Pejuang Dua Garis yang diselenggarakan Asha IVF dan RS PHC Surababaya di Masjid Al Akbar, Surabaya, Minggu (4/8/2024).
Dalam ceramahnya, Habib Husein Ja’far Al Hadar mengatakan, memiliki putra puteri tentu menjadi salah satu cita-cita suatu keluarga. Namun sebelum mendapatkan momongan, pasangan suami istri juga perlu mempersiapkan mentalnya.
“Maka hari ini, selain edukasi usaha yang bisa dilakukan secara medis, kita juga mengajak untuk berdoa bersama,” kata Habib Husein Ja’far.
Habib menuturkan, beberapa nabi dan rasul juga ada yang mendapat ujian berupa kesulitan memiliki anak. Ia mencontohkan, Nabi Zakariya baru memiliki anak ketika berusia lebih dari 80 tahun. Selain itu, ada pula Nabi Ibrahim dengan perjuangannya untuk mendapatkan Nabi Ismail. Begitu juga dengan Nabi Muhammad yang juga sempat mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.
Karena itu Ia menyebutkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pasangan suami istri yang mendambakan anak. Misalnya Nabi Zakaria yang mengasuh anak orang lain. Selain itu juga tentunya dengan terus berdoa dan berprasangka baik kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa.
Kepada semua peserta, Ia menuturkan bahwa Ia sudah lima tahun menanti dikaruniai anak. Namun ia yakin, bahwa ini bukan perkara cepat atau lama, melainkan waktu yang tepat.
“Perhari ini saya lima tahun belum dikaruniai anak. Saya merasakan apa yang dirasakan pejuang dua garis. Bagaimana menghadapi pertanyaan, menenangkan istri yang biasanya diobjektifikasi. Punya anak bukan cepat-cepatan, tapi kalau waktunya tepat, Allah pasti berikan (momongan),” ungkapnya.
Banyak pasangan dalam menantikan buah hati memiliki kegelisahan, stres dan penuh emosi. Tak sedikit yang menyalahkan diri sendiri dan merasa kekurangan. Ia pun menyarankan untuk lebih banyak berdoa dan bersabar.
“Kemudian tanya ahlinya melalui usaha medis,” sebutnya.
Sementara Direktur Utama Asha IVF Indonesia Dr. dr. Amang Surya Priyanto menyebut, penyebab gangguan kesuburan tidak hanya dari penyakit yang dimiliki. Tetapi juga semangat pasangan dan pengaruh psikologis.
“Saya sadar betul teknologi membantu sebagian dari apa yang bisa kita upayakan. Ada hal yang di luar yang tidak bisa kita lakukan. Saya yakin bahwa apa yang saya lakukan sebagian kecil dan sebagian besar ternyata karena Ilahi,” ucapnya.
Dr. dr. Amang menyebut event ini diikuti sebanyak 1000 peserta dari berbagai daerah seperti Surabaya sekitarnya, serta Jawa Barat.
Ia menuturkan, hingga saat ini masih banyak pasangan yang belum tertangani IVF. Penyebabnya tidak hanya masalah finansial saja. ”Tetapi kadang-kadang keberanian mengikuti program IVF ini juga masih menjadi tantangan tersendiri,” tutur dr. Amang.
Dikatakannya, teknologi IVF saat ini sudah sangat baik. Tidak hanya bicara mengenai inputnya saja. Goal yang ingin dicapai tidak hanya bagaimana seorang ibu bisa hamil. Tapi juga bagaimana ibunya hamil dalam kondisi sehat, janin sehat dan melahirkan bayi yang berkualitas.
Lebih lanjut dr. Amang menyebut bahwa angka keberhasilan IVF di Asha IVF sudah di atas benchmark yang disepakati dalam Konsensus Viena. ”Tapi kalau untuk kelompok umur di bawah 30 tahun sudah di atas 60 persen. Sedangkan Konsensus Viena sendiri menyebutkan di atas 40 persen. Kita, di Asha ini variatif. Pernah 60 persen, 48 persen. Tapi selalu di atas benchmark,” jelasnya.
Baca Berita Menarik Lainnya di Google News