Diberhentikan Mendadak dari Jabatannya, Ini Profil Prof BUS

SURABAYA, 6 JULI 2024 – VNNMedia – Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Prof. Dr. Budi Santoso,SpOG belakangan ini tengah menjadi sorotan publik. Dirinya diketahui cukup lantang menolak rencana pemerintah dalam mendatangkan dokter asing.

Rabu (3/7/2024) lalu Ia diberhentikan dari jabatannya sebagai Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair). Budi diberhentikan setelah menerima surat keputusan (SK) pencopotan sebagai Dekan FK Unair dari pihak rektorat, Rabu sekitar pukul 15.00 WIB.

Pencopotan tersebut pun menuai protes dari civitas akademika FK Unair. Bahkan ratusan dokter serta guru besar Unair mengadakan aksi yang bertajuk “Save Prof BUS Dekan Kita, Save Dokter Indonesia”.

Lalu, bagaimanakah sebenarnya sosok Budi Santoso? Prof. Budi Santoso atau yang akrab disapa Prof. Bus adalah seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi (SpOG). Ia menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Unair sejak 2020.

Budi lahir di Kecamatan Genteng, Banyuwangi pada tanggal 17 Februari 1963 dari kedua orangtua yang berprofesi sebagai petani dan pedagang kecil. Dengan dukungan orangtua, begitu memasuki SMA, ia rela merantau dari Banyuwangi ke Malang demi melanjutkan studi SMA.

Dikutip dari Kompas.com, lulus dari SMA, Ia mendaftar ke FK Unair melalui jalur perintis, seleksi penerimaan mahasiswa baru universitas negeri saat itu. Ia pun dinyatakan lolos.

Semasa duduk di bangku perkuliahan, ia aktif terlibat di beberapa kegiatan mahasiswa. Dirinya pernah menjabat sebagai wakil ketua senat mahasiswa, hingga sekjen Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran (ISMK).

Pria yang memiliki hobi membaca itu lulus dari Unair pada 1989. Ia langsung bertugas di Rumah Sakit Muhammadiyah, Babat, Lamongan. Setahun kemudian, ia diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan dipindahtugaskan ke Puskesmas Sambelia, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Di sana, Budi menemukan banyaknya kasus kawin cerai yang akhirnya menurunkan kebahagiaan anak. Selain itu, angka kematian dan bayi juga sangat tinggi. Bermula dari kasus tersebut, ia terpanggil untuk mendorongnya mendalami obstetri dan ginekologi setelah kembali ke Surabaya.

Pada 30 November 1998, dirinya pun dinyatakan lulus sebagai dokter spesialis. Ia lalu ditugaskan di Banyuwangi selama dua tahun. Setelah itu, ia ditarik ke RSUD Dr. Soetomo sekaligus bekerja di FK Unair.

Di organisasi profesi, Ia juga pernah menjabat sebagai sekretaris II di Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya.

Diketahui, Prof. Bus juga menelurkan beebrapa buku. Salah satunya adalah Bayi Tabung: Jalan Terakhir Pejuang Dua Garis yang terpublish pada 2020. Sementara, bukunya yang paling laris dan terbit hingga Volume 2 berjudul Panduan Kesehatan Reproduksi wanita.

Baca Berita Menarik Lainnya di Google News